RECIPROCAL TEACHING
Reciprocal teaching adalah suatu prosedur pengajaran yang dirancang untuk
mengajarkan kepada siswa tentang strategi pemahaman mandiri yang berbentuk
diskusi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, yang memberikan kesempatan berfikir dan saling bertukar
pengalaman belajar yang berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan
melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca
siswa dalam memahami bacaan. Model reciprocal teaching menempatkan siswa
(peserta didik) sebagai subyek belajar yang memiliki pengetahuan, pengalaman,
dan keterampilan yang berbeda-beda (Fosi, 2006).
Pendekatan pembelajaran ini dimunculkan oleh Palinscar tahun 1982 ketika
dia menemukan beberapa muridnya yang mengalami kesulitan dalam memahami sebuah
teks bacaan. Seorang siswa dapat saja membaca sekumpulan huruf yang membentuk
kata namun ternyata untuk memahami makna dari teks yang dibacanya tidak semudah
melafalkan bacaan tersebut. Nah, inilah masalah yang melatarbelakangi
kemunculan metode pembelajaran resiprokal. Sedangkan pengajaran reciprocal
bertujuan untuk memberikan teknik atau strategi pada para siswa agar dapat
mencegah terjadinya kegagalan kognitif dalam kegiatan membaca.
Menurut Nur dan Wikandiri 2000 (Haris, 2008) prosedur model reciprocal
teaching (pengajaran terbalik) adalah sebagai berikut :
1.
Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak
diselesaikan.
2.
Dijelaskan pada segmen pertama guru bertindak
sebagai guru (model).
3.
Siswa diminta membaca dalam hati bagian teks
yang ditetapkan.
4.
Jika siswa telah menyelesaikan bagian pertama,
dilakukan pemodelan sebagai berikut:
a.
pertanyaan yang akan ditanyakan oleh guru
b.
memberi kesempatan siswa menjawab pertanyaan
tersebut,
c.
merangkum pokok pikiran yang terdapat pada
paragraph atau subbab,
d.
memberikan kesempatan siswa untuk memprediksi
hal yang mungkin dibahas paragrap selanjutnya,
e.
memberikan kesempatan siswa mengajukan komentar.
5.
Siswa diminta untuk memberikan komentar mengenai
pengajaran yang baru berlangsung dan mengenai bacaan.
6.
Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bagian
bacaan/paragraph berikutnya, dan dipilih satu siswa yang akan berperan sebagai
“guru siswa”.
7.
Siswa dilatih/diarahkan berperan sebagai “guru
siswa” sepanjang kegiatan.
8.
Pada hari-hari berikutnya, perlahan-lahan guru
mengurangi peran dalam dialog , sehingga “guru siswa” kelas dan siswa lain
berinisiatif menangani kegiatan itu dan peran guru akan berlanjut sebagai
moderator, menjaga siswa agar tetap berada dalam jalur dan membantu mereka
mengatasi kesulitan.
Model reciprocal teaching
menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar di kelas.
Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar terlibat juga :
a. Siswa bertanya kepada
guru atau teman tentang mata pelajaran saat itu.
b. Siswa mengajukan
pertanyaan
c. Siswa menimbulkan
(menciptakan) diskusi dengan guru.
Dalam proses belajar mengajar siswa dapat menjalankan
atau mengerjakan soal latihan dan membuat intisari dari pelajaran yang
disampaikan oleh guru.
Menurut Palinscar dan Brown (1984) setidaknya terdapat empat strategi dasar
yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu, melakukan
klarifikasi, membuat prediksi, bertanya dan membuat kesimpulan. Adapun
penjelasan untuk masing-masing strategi adalah sebagai berikut;
a.
Klarifikasi
Dalam suatu aktifitas membaca
mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang benar adalah hal
yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang
diucapkan tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau
kalimat-kalimat yang tidak familier, apakah meraka dapat memaknai maksud dari
suatu paragraph. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan seperti;
“Apa maksud dari kalimat
tersebut?”
“Kata apa yang dapat
menggantikan kata tersebut?”
“Kata atau konsep apa yang
perlu diklarifikasi dari paragraph ini?”
b. Membuat
prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak
untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan
dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan
dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan
informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat
dugaan tentang topic dari paragraph selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang
dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut;
“dari judul dan ilustrasi
gambar yang ada dapatkah kau menerka apa topik tulisan ini?”
“Coba pikirkan dari apa yang
sudah kita baca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”
c.
Bertanya
Strategi bertanya ini
digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap
bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada
dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Bentuk-bentuk
pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut beberapa contohnya;
“Apa yang kau pikirkan ketika
kau membaca teks tersebut?”
“Pertanyaan apa saja yang
dapat kau ajukan setelah kau membaca teks tersebut?”
“Topik apa yang membuatmu
tertarik untuk membaca teks ini?”
d. Membuat
Rangkuman
Dalam membuat rangkuman
dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal
yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. beberapa
pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain;
“Apa yang penulis ingin
sampaikan melalui teks tersebut?”
“Apa informasi paling penting
dari bacaan ini?”
“Dapatkah saya menggunakan
bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”
Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekakan pada siswa untuk bekerja
dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya
dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya
dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya.
Salah satu dasar dari pembelajaran resiprokal ini adalah teori Vygotsky yaitu
dialog dalam suatu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses
pembentukan pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil
pemikirannya dapat membantu proses kalrifikasi dan revisi dalam berpikir pada
saat belajar. Dalam
pelaksanaan,
awalnya guru menjadi leader atau contoh dalam mempraktekan keempat startegi
yang diuraikan di atas. Kemudian siswa diminta untuk melakukannya bersama
teman-teman dalam suatu kelompok yang tidak kurang dari 4 orang dan tidak lebih
dari 6 siswa. Sehingga jelas dalam pelaksanaannya model ini tidak lepas dari
pendekatan pembelajaran kooperatif. Selain itu, yang perlu ditekankan adalah
pendekatan dialogis dalam pembelajaran baik antara guru dengan siswa ataupun
siswa dengan siswa. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik
serta teliti dan peka dalam mengamati. Pada prosesnya, mungkin saja siswa-siswa
yang memiliki kecenderungan diam, guru harus melakukan teknik scaffolding untuk
membangkitkan keaktifan siswa.
0 komentar:
Posting Komentar