Pages

Rabu, 04 September 2013

RECIPROCAL TEACHING

RECIPROCAL TEACHING

Reciprocal teaching adalah suatu prosedur pengajaran yang dirancang untuk mengajarkan kepada siswa tentang strategi pemahaman mandiri yang berbentuk diskusi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa, yang memberikan kesempatan berfikir dan saling bertukar pengalaman belajar yang berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa dalam memahami bacaan. Model reciprocal teaching menempatkan siswa (peserta didik) sebagai subyek belajar yang memiliki pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang berbeda-beda (Fosi, 2006).

Pendekatan pembelajaran ini dimunculkan oleh Palinscar tahun 1982 ketika dia menemukan beberapa muridnya yang mengalami kesulitan dalam memahami sebuah teks bacaan. Seorang siswa dapat saja membaca sekumpulan huruf yang membentuk kata namun ternyata untuk memahami makna dari teks yang dibacanya tidak semudah melafalkan bacaan tersebut. Nah, inilah masalah yang melatarbelakangi kemunculan metode pembelajaran resiprokal. Sedangkan pengajaran reciprocal bertujuan untuk memberikan teknik atau strategi pada para siswa agar dapat mencegah terjadinya kegagalan kognitif dalam kegiatan membaca.


Menurut Nur dan Wikandiri 2000 (Haris, 2008) prosedur model reciprocal teaching (pengajaran terbalik) adalah sebagai berikut :
1.      Disediakan teks bacaan sesuai materi yang hendak diselesaikan.
2.       Dijelaskan pada segmen pertama guru bertindak sebagai guru (model).
3.      Siswa diminta membaca dalam hati bagian teks yang ditetapkan.
4.      Jika siswa telah menyelesaikan bagian pertama, dilakukan pemodelan sebagai berikut:
a.       pertanyaan yang akan ditanyakan oleh guru
b.      memberi kesempatan siswa menjawab pertanyaan tersebut,
c.       merangkum pokok pikiran yang terdapat pada paragraph atau subbab,
d.      memberikan kesempatan siswa untuk memprediksi hal yang mungkin dibahas paragrap selanjutnya,
e.       memberikan kesempatan siswa mengajukan komentar.  
5.      Siswa diminta untuk memberikan komentar mengenai pengajaran yang baru berlangsung dan mengenai bacaan.
6.      Segmen berikutnya dilanjutkan dengan bagian bacaan/paragraph berikutnya, dan dipilih satu siswa yang akan berperan sebagai “guru siswa”.
7.      Siswa dilatih/diarahkan berperan sebagai “guru siswa” sepanjang kegiatan.
8.      Pada hari-hari berikutnya, perlahan-lahan guru mengurangi peran dalam dialog , sehingga “guru siswa” kelas dan siswa lain berinisiatif menangani kegiatan itu dan peran guru akan berlanjut sebagai moderator, menjaga siswa agar tetap berada dalam jalur dan membantu mereka mengatasi kesulitan.

Model reciprocal teaching menuntut siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar mengajar di kelas. Aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar terlibat juga :
a.    Siswa bertanya kepada guru atau teman tentang mata pelajaran saat itu.
b.    Siswa mengajukan pertanyaan
c.    Siswa menimbulkan (menciptakan) diskusi dengan guru.
Dalam proses belajar mengajar siswa dapat menjalankan atau mengerjakan soal latihan dan membuat intisari dari pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Menurut Palinscar dan Brown (1984) setidaknya terdapat empat strategi dasar yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu, melakukan klarifikasi, membuat prediksi, bertanya dan membuat kesimpulan. Adapun penjelasan untuk masing-masing strategi adalah sebagai berikut;
a. Klarifikasi
Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang benar adalah hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier, apakah meraka dapat memaknai maksud dari suatu paragraph. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti;
“Apa maksud dari kalimat tersebut?”
“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut?”
“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraph ini?”

b. Membuat prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topic dari paragraph selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut;
“dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkah kau menerka apa topik tulisan ini?”
“Coba pikirkan dari apa yang sudah kita baca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”

c. Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut beberapa contohnya;
“Apa yang kau pikirkan ketika kau membaca teks tersebut?”
“Pertanyaan apa saja yang dapat kau ajukan setelah kau membaca teks tersebut?”
“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?”

d. Membuat Rangkuman
Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain;
“Apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?”
“Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”
“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”

Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekakan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Salah satu dasar dari pembelajaran resiprokal ini adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses kalrifikasi dan revisi dalam berpikir pada saat belajar. Dalam pelaksanaan, awalnya guru menjadi leader atau contoh dalam mempraktekan keempat startegi yang diuraikan di atas. Kemudian siswa diminta untuk melakukannya bersama teman-teman dalam suatu kelompok yang tidak kurang dari 4 orang dan tidak lebih dari 6 siswa. Sehingga jelas dalam pelaksanaannya model ini tidak lepas dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Selain itu, yang perlu ditekankan adalah pendekatan dialogis dalam pembelajaran baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati. Pada prosesnya, mungkin saja siswa-siswa yang memiliki kecenderungan diam, guru harus melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa.

0 komentar:

Posting Komentar