Pages

Rabu, 04 September 2013

Teknik- Teknik Supervisi Pendidikan

Teknik- Teknik Supervisi Pendidikan

            Kegiatan-kegiatan apakah yang dapat kita lakukan dalam rangka pemberian bimbingan sebagai seorang supervisor terhadap anggota stafnya? Dengan kata lain: teknik-teknik apakah yang dapat kita pergunakan dalam supervisi? Hal ini tergantung dari banyak hal, misalnya: dari masalah, dari tempat dan waktunya, dari orang yang kita hadapi,baik jumlahnya maupun sifatnya. Kalau yang kita hadapi hanya seorang, dapatlah kita mengadakan komunikasi langsung, dengan wawancara, dengan perundingan, dengan cara hati ke hati. Kalau masalahnya mengenai metode mengajar dan mengenai hasil belajar siswa, dapat kita mengadakan kunjungan kelas kepada guru yang kita bimbing pada waktu ia mengajar. Kalau yang kita hadapi seluruh staf, dapat kita adakan pertemuan/rapat yang merupakan komunikasi langsung. Kalau tidak dapat kita kumpulkan kelompok itu sekaligus, dapt pula kita pergunakan surat edaran, buletin, pengumuman dan sebagainya. Jika yang disupervisi lebih besar lagi dan meliputi pihak-pihak yang luas, dapat kita adakan seminar atau workshop.[1]
            Usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai alat (device) dan teknik supervisi. Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat/ teknik (John Minor Gwyn, 1963: 326-327). Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.[2]


  1. Teknik-teknik yang bersifat kelompok
Yang dimaksud dengan teknik-teknik yang bersifat kelompok ialah, teknik- teknik yang digunakan itu dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.
a.          Rapat guru
b.         Workshop
c.          Seminar
d.         Karya wisata
e.          Penatran
f.          Diskusi kelompok
g.         Kepanitian
h.         Kunjungan  antar sekolah
i.           Demonstrasi
  1. Teknik yang bersifat individual
a.       Perkunjungan kelas
b.      Observasi kelas
c.       Percakapan pribadi
d.      Inter-visitasi
e.       Penyeleksi berbagai sumber materi untuk mengajar
f.       Menilai diri sendiri
Tiap-tiap teknik ini akan diuraikan secara rinci
  1. Teknik – Teknik yang Bersifat Kelompok
a.      Rapat Guru
Ada beberapa macam rapat yang diadakan di sekolah. Ada rapat dewan guru, rapat guru-guru, dan rapat personalia sekolah. Jika ditinjau dari sudut waktu, dibedakan menjadi berikut:
1)      Rapat yang diadakan pada waktu tertentu, misalnya:
1.      Rapat permulaan tahun ajaran baru
2.      Rapat akhir tahun ajaran
3.      Rapat mingguan, bulanan, dan rapat kenaikan kelas.
2)      Rapat yang diadakan sewaktu-waktu,misalnya karena ada kejadian atau keperluan, guru-guru secara kilat diundang untuk berunding.
3)      Rapat dalam keadaan darurat, diadakan karena keadaan mendesak. Rapat darurat diadakan secara tiba-tiba.
Jika ditinjau dari sudut masalah yang dirapatkan, rapat dapat dibedakan atas hal berikut:        
1)      Rapat organisasi dan administrasi
Organisasi yang lancar dan teratur merupakan faktor penting bagi ketentraman situasi belajar mengajar dan peningkatan mutunya. Rapat khusus dapat diadakan untuk membicarakan masalah-masalah organisasi dan administrasi yang penting.
2)      Rapat masalah sosial
Sekolah berada di tengah-tengah masyarakat. Sekolah adalah sebagian dari masyarakat. Kadang-kadang ada persoalan yang bertalian dengan hubungan antara sekolah dan masyarakat. Untuk memecahkan masalah itu, rapat tentang masalah sosial diadakan. Dalam rapat tersebut diikutsertakan juga tokoh-tokoh masyarakat.
3)      Rapat kurikulum
Disekolah modern, rapat kurikulum penting diikuti bukan saja oleh personalia sekolah, melainkan juga oleh wakil murid, orang tua, dan beberapa tokoh masyarakat. Rapat sekolah yang direncanakan dengan baik pasti akan membantu kelancaran rencana pendidikan di sekolah itu. Jika rapat tersebut tidak direncanakan semasak-masaknya, tentu rapat tersebut tidak disambut dengan baik oleh guru-guru.
Tujuan-tujuan Umum Rapat Guru
(1)   Menyatukan pandangan-pandangan guru tentang konsep umum, makna pendidikan dan fungsi sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan itu dimana mereka bertanggung jawab bersama-sama.
(2)   Mendorong guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan mendorong pertumbuhan mereka.
(3)   Menyatukan pendapat tentang metode kerja yang akan membawa mereka bersama ke arah pencapaian tujuan pengajaran yang maksimal di sekolah tersebut.

Rapat hendaknya juga direncanakan bersama panitia yang dipilih oleh seluruh staf. Anggota panitia dapat diganti secara bergilir supaya setiap guru memperoleh pengalaman dalam hal itu. Panitia bertanggung jawab atas penyusunan acara rapat, penentuan waktu rapat, pemilihan tempat, refreshments, serta penggunaan resource persons atau nara sumber dan konsultan.
Tugas pertama ketua rapat ialah mencipatakan suasana yang menyenangkan. Dalam diskusi, ia harus bertindak sebagai “polisi lalu lintas” yang mengatur jalannya diskusi. Ia harus memiliki skill untuk memberi dorongan kepada guru sehingga mereka juga turut mengambil bagian dalam diskusi.
Ketua rapat berusaha juga agar pokok pembicaraan tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Akhirnya, ketua rapat harus dapat meringkas atau mengikhtisarkan pembicaraan. Apabila diskusi mengalami jalan buntu, kepala sekolah harus bertindak secara bijaksana.
Hendaknya ketua dalam rapat itu bersifat ramah dan sabar. Ia harus dapat menanamkan perasaan aman pada guru-guru suaya mereka secara leluasa dapat melahirkan pikiran dan perasaan serta dapat mengemukakan persoalan yang dihadapi.
Apakah tugas peserta rapat dan bagaimana peranan masing-masing? Guru harus merasa bahwa mereka masing-masing mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Setiap pendapat yang dikemukakan harus dihargai. Tiap-tiap peserta tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap rapat yang sedang dipimpin ketua dan juga harus merasa turut bertanggung jawab atas kelancaran dan hasil rapat.
Apakah tugas seorang konsultan? Konsultan merupakan seorang penasihat ahli. Ia harus mengikuti rapat seluruhnya, turut dalam pembicaraan dan diskusi. Konsultan harus dapat memberikan bantuan dalam memecahkan masalah yang dihadapi rapat.
Apakah peranan seorang resource person? Bantuan yang dapat diberikannya ialah memberi ceramah. Bahan dalam ceramah itu merupakan data untuk meningkatkan pengetahuan peserta rapat. Bahan-bahan tersebut diperlukan sekali dalam diskusi. Resource person itu sendiri tidak turut dalam diskusi.
Alangkah baiknya apabila selama rapat itu berlangsung ada seorang peserta yang bertugas mencatat secara singkat inti pembicaraan pada papan tulis, tahap demi tahap, sampai dengan kesimpulan. Catatan tersebut akan dipelajari bersama pada akhir rapat. Putusan yang diambil pada akhri rapat sebaiknya dirumuskan sevara singkat, terang, dan jelas. Acara yang terakhir ialah evaluasi. Ketua rapat bersama anggota mengadakan penilaina terhadap jalnnya rapat, isi kepemimpinan, sikap ketua, dan sebagainya. Untuk itu dapat dipakai evaluation checklist yang dijawab setiap anggota.
Sesudah rapat selesai, catatan kecil rapat disusun oleh sekertaris, diperbanyak, dan disampaikan kepada semua peserta agar dapat dipelajari sebagai bahan rapat berikutnya. Melalui rapat semacam itu para peserta merasa bahwa mereka telah berperan serta secara profesional.
b.      Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok yang terjadi dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui percakapan dan bekerja secara kelompok. Halhal yang perlu diperhatikan pada waktu pelaksanaan workshop antara lain: 1) Masalah yang dibahas bersifat “Life cntered” dan muncul dari guru tersebut, 2) Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih tinggi dan lebih baik.
Workshop adalah salah satu teknik supervisi yang memberi kesempatan kepada para peserta untuk memikirkan masalah mereka, dibantu oleh nara sumber atau resource people, sambil berusaha memecahkannya. Salah satu fungsi dari workshop adalah memperbesar, memperkuat, serta mempertimbangkan keterampilan peserta dalam kerja kelompok.
Unsur yang penting dalam workshop adalah committee work atau pekerjaan panitia. Panitia utama adalah perencana yang bertanggung jawab atas perencanaan, organisasi, dan perbaikan program. Panitia lain yang diperlukan ialah panitia perpustakaan, penilaian, publikasi, bulletin board, dekorasi, dan akomodasi.
Untuk penyelenggaraan workshop sebaiknya dipilih tempat yang tenang dan jauh dari keributan, misalnya dikampus suatu perguruan tinggi pada waktu liburan besar. Waktu penyelenggaraan workshop kira-kira dua sampai lima minggu. Ada juga yang menyelenggarakannya sekali seminggu sepanjang tahun pelajaran.
Apakah setiap orang dapat mengikuti workshop tertentu? Agar workshop itu berhasil dan mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya, alangkah baiknya jjika diadakan penyeleksian berdasarkan semangat, minat, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan, serta kebutuhan partisipan akan pengalaman.
Apakah fungsi pemimpin workshop itu? Wiles (1961: 173) menyatakan sebagai berikut.
“The official leader’s functions in a workshop program are to stimulate the original interest in a workshop, to pull together people who will be interested in planning a workshop, to secure facilities and staff members with whom to carry out plans, to serve as tramble shater and coordinator during the workshop program, and to provide all the help and encouregement possible to those who implement ideas in their schools after the workshop is over”.
Suatu hal yang tidak boleh diabaikan dalam pelaksanaan workshop ialah evaluasi. Secara teratur, evaluasi dilakukan oleh panitia khusus sejak workshop dimulai sampai dengan penutupannya. Bermacam-macam cara dapat dipakai. Biasanya dipergunakan self evaluation checklist.
c.      Seminar
Secara terminology seminar adalah sebuah kegiatan yang di buat untuk penyampaian suatu karya ilmiah dari seorang pakar atau peneliti yang dipresentasekan kepada peserta agar dapat mengambil keputusan yang sama terhadap karya ilmiah antara sumber dengan peserta.
Seminar tentunya haruslah direncanakan baik waktu, tempat, peserta dan juga menentukan pengarah dan sumber dari hasil karya ilmiah agar dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan seminar yang akan dilaksanakan. Sebagaimana kita ketahui tujuan seminar pendidikan adalah untuk mengkoreksi kembali hasil dari sebuah karya ilmiah untuk mengambil keputusan bersama demi kesempurnaan hasil. Kegiatan seminar pendidikan tanpa perencanaan akan jauh dari pada tujuan seminar tersebut, seorang peneliti atau narasumber dalam seminar juga harus benar-benar sudah memahami dan menguasai isi dari hasil yang ia dapatkan dan peserta juga telah mengetahui untuk apa dia mengikuti seminar dan benar-benar sudah mengetahui minimal judul dari yang akan diseminarkan serta harus ada seorang pengarah dalam acara seminar tersebut.
Adapun yang terlibat dalam seminar adalah :
1.      Ruang seminar
Ruang seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang memungkinkan interaksi aktif bagi selurah orang yng aktif mengikuti seminar. Sebuah meja bundar besar meliputi kursi adalah sebuah contoh yang baik atau bentuk forum dilokal juga baik. Ruangan tentu saja harus cukup tenang dan cukup terang untuk memberikan iklim yang enak untuk mengadakan kegiatan seminar pendidikan. Adanya sebuah papan tulis yang dapat membantu serta sarana dan prasarana lainnya yang dapat mendukung kegiatan seminar berlangsung.
2.      Pengarah
Dalam kegiatan seminar proposal pendidikan juga sangat dibutuhkan seorang pengarah yang memiliki fungsi sebagai orang yang dapat menengahkan pendapat antara peserta dan peyaji tentunya pengarah disini adalah orang yang benar-benar ahli dalam pendidikan. Pengarah adalah ahli yang memiliki kompetensi pendidikan sehingga dalam kegiatan seminar semua permasalahan yang ada dan tidak dapat di pecahkan dapat diselesaikan oleh seorang pengarah, sehingga tujuan seminar dapat terlaksana dengan baik tanpa melenceng dari isi karya ilmiah penyaji, berbeda dengan seminar yang secara umum tentunya tidak ada pengarah hanya penyaji saja yang dapat menjawab dari beberapa kritikan dari peserta.
3.      Peserta
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua peserta adalah bukan kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka harus sudah membaca tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka bisa membuat sebuah esei pendek tentang tema yang diseminarkan. Bila yang diseminarkan adalah sebuah teks, teks tersebut telah dibaca secara analitis, ditandai, disertai tanggapan dan kritik. Dengan terlebih dahulu membaca tentang tema yang akan diseminarkan, mereka telah mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan akan apa yang diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang diseminarkan menurut masing-masing peserta, akan memandu mereka nantinya di dalam seminar.
4.      Moderator
Semestinya seorang moderator adalah orang yang paling senior dalam tema yang akan diseminarkan. Ini bukan berarti pendapatnyalah yang paling benar. Senioritas dalam penguasaan materi semata-mata untuk mengarahkan seminar, karena ia mestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema yang diseminarkan. Peran seorang moderator ada dua: mengarahkan (directing) dan memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar tidak melenceng dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada satu orang atau satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar tidak tereksplorasi dengan baik.
5.      Notulen.
Notulen adalah orang yang diberi tugas dalam seminar untuk membuat catatan singkat tentang jalannya persidangan/ rapat/ seminar juga merangkum isi secara tertulis dari persidangan/ rapat atau seminar. Seorang notulen juga sangat berfungsi dalam kegiatan ilmiah sebab moderator sebagai pengelola kegiatan butuh catatan penting tentang jalannya kegiatan.
6.      Jalannya seminar
Seminar dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, dan langsung dilanjutkan dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh semua peserta secara bergiliran.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya seminar berjalan baik :
1.      Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada seorang yang lebih mendominasi pembicaraan. Adalah tugas moderator untuk memperhatikan ini.
2.      Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas ada jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih dalam dan tidak jelas jawabannya. Pertanyaan jenis kedualah yang memberikan manfaat terbesar. Tidaklah banyak pertanyaan yang seperti demikian.
3.      Semua pertanyaan dan pernyataan dinyatakan dengan jelas tanpa ambiguitas. Jika sebuah pertanyaan atau pernyataan belum jelas, moderator harus bisa menunjukkan itu dan meminta sang pengujar untuk memperjelasnya.
4.      Masih berhubungan dengan poin pertama, setiap pertanyaan haruslah jelas sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap berhak meminta penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum ia menjawab. Tanggapan tentunya juga harus relevan dengan pernyataan. Moderator juga harus memperhatikan ini.
5.      Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan kepada pertanyaan lain yang lebih mendasar. Hanya dengan cara demikian sebuah seminar dapat memberikan manfaat lebih.
6.      Bila ada istilah yang sama, tetapi dipakai dengan arti yang berbeda oleh beberapa orang, moderator harus menunjukkan itu dan membuat kesepakatan dalam arti apa istilah itu dipakai sebelum melanjutkan seminar.
7.      Etiket harus diperhatikan dalam sebuah seminar, seperti halnya di sebuah meja makan. Bahasa harus santun dan tidak merendahkan. Moderator terlebih harus memberikan contoh yang dapat diikuti oleh peserta yang lain. Bukan berarti seminar tidak bisa dilakukan dengan ringan dan diiringi tawa, namun canda dan tawa dilakukan dengan wajar dan memberi makna di dalam seminar. Tidak ada yang lebih membantu untuk mengingat ketimbang ide-ide kreatif yang kadang membangkitkan tawa.
8.      Seminar adalah sebuah tempat untuk menggodok ide. Ia bukanlah tempat untuk membenarkan diri. Setiap orang harus kritis namun menerima bila ada pendapat yang lebih baik. Di dalam seminar semua orang memiliki posisi yang sama.
9.      Sebuah seminar yang baik tidaklah harus menghasilkan sebuah kesimpulan tunggal. Setiap orang bisa pulang dengan pendapatnya masing-masing. Yang terpenting adalah mata mereka lebih terbuka, mereka telah melihat ide-ide baru yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka.
d.    Karya Wisata
Macam-macam field trip
Menurut Lester B. Sands dalam bukunya Audio Visual Procedure Teaching, perjalanan sekolah dibagi dalam tiga macam, yaitu:
1.      Ekskursi (Excursion)
Excursion ialah perjalanan sekolah yang dilakukan suatu kelompok manusia, dengan tujuan mempelajari sesuatu secara menyeluruh. Letak objek perjalanan dari sekolah biasanya dekat. Perjalanan sekolah ini biasanya membutuhkan waktu paling banyak satu hari.
2.      Study trip atau field trip
Ialah perjalanan sekolah yang khusus mempelajari sesuatu hal yang tertentu.
3.      Tour
Ialah sejenis excursion yang memakan waktu agak panjang meliputi daerah yang luas, jadi membutuhkan beberapa minggu atau bulan. Jenis mana yang akan dipakai kepala sekolah untuk mengembangkan kecakapan dan keahlian si guru dalam jabatannya bergantung pada situasi. Kalau diikuti prinsip-prinsip perjalanan sekolah, maka perjalanan sekolah merupakan sumber pengetahuan sebab sebelum guru-guru berangkat atau pergi meninjau objek itu, mereka harus lebih dulu mencari informasi tentang objek yang akan dikunjungi itu.
Field trip mempunyai nilai-nilai sebagai berikut:
1.      Memberi pengalaman langsung, guru belajar dengan menggunakan segala macam alat indera. Suatu field trip lebih berharga daripada seratus gambar.
2.      Membangkitkan minat baru memperkuat minat-minat yang telah ada.
3.      Memberi motivasi kepada guru-guru untuk menyelidiki sebab musabab sesuatu.
4.      Menanamkan kesadaran terhadap masalah-masalah yang terdapat didalam masyarakat.
5.      Memberi pengertian yang lebih luas tentang kehidupan dalam masyarakat.
6.      Mengembangkan hubungan sosial dengan masyarakat.
7.      Sebagai suatu penyegaran dalam pembinaan profesi.
Merencanakan field trip
Setiap field trip harus direncanakan dengan cermat. Tanpa persiapan usaha itu pasti gagal. Field trip biasanya dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:
a.       Mengembangkan minat untuk suatu unit yang akan dilakukan.
b.      Mengumpulkan bahan suatu masalah.
c.       Sebagai kegiatan kulminasi dan rapat kerja.
Persiapan/perencanaan
1.      Rumuskan dan jelaskan tujuan field trip. Semua guru harus mengetahui apa sebab mereka pergi dan apa yang diharapkan dari masing-masing mereka. Mereka harus melihat hubungan field trip dengan masalah yang mereka hadapi.
2.      Guru-guru harus lebih dahulu mempelajari segala sesuatu mengenai apa yang akan diperoleh selama perkunjungan.
3.      Sediakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan jawaban sebagai hasil field trip itu.


Pelaksanaan field trip
Selama field trip hendaknya dipelihara ketertiban. Bila field trip ini dilakukan oleh guru-guru, maka hendaknya guru-guru mendiskusikan peraturan-peraturan selama field trip itu. Dalam field trip sebaiknya guru-guru mengambil peranan aktif mengumpulkan bahan-bahan baru.
Follow-up field trip
                        Setiap field trip harus diadakan pembicaraan, dinilai dan diinterpretasi:
-          Hendaknya kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru-guru untuk menceritakan pengalaman masing-masing.
-          Tanyakan apakah mereka menemukan fakta-fakta baru.
-          Apakah field trip itu mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.
e.      Penataran
Teknik supervisi kelompok yang dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat dipraktekkan oleh guru-guru.
Upaya Pemerintah terhadap tenaga guru sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia, melalui berbagai bentuk kebijakan. Pemerintah telah menetetapkan Undang Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen merupakan dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga kependidikan sebagai tenaga profesional, seperti profesi-profesi yang lainnya. Kualitas profesi tenaga guru selalu diupayakan, baik melalui ketentuan kualifikasi pendidikannya maupun kegiatan in-service training, dengan berbagai bentuknya, seperti latihan (diklat), penataran dan pelibatan dalam berbagai seminar untuk meng-update wawasannya dalam kompetensi pedagogi dan akademik. Pemerintah mulai menyadari betapa strategisnya peran tenaga guru dalam mengantarkan generasi muda untuk menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif sehingga mampu mewujudkan suatu kesejahteraan bersama.

f.      Diskusi Kelompok
Diskusi adalah pertukaran pendapat tentang sesuatu masalah untuk dipecahkan bersama. Diskusi merupakan cara untuk mengembangkan keterampilan anggota-anggotannya dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran.
Yang perlu diketahui oleh seiorang supervisor bila memimpin diskusi guru-guru ia harus memiliki kemampuan menggerakan kelompok, membuat pertemuan berhasil dan mengkoordinasikan pekerjaaan-pekerjaan kelompok.
a.       Pembatasan dan ciri kelompok
Kelompok terdiri dari dua atau lebih individu yang bersama-sama memecahkan beberapa masalah yang umum yang tidak dapat dipecahkan sendiri.
Ciri-ciri kelompok yang baik adalah:
1.      Tiap anggota merasa turut berpartisipasi
2.      Adanya interaksi antar anggota
3.      Adanya kontrol daripada anggota
b.      Kepemimpinan dalam kelompok
Leland P. Bradfort dan Ronald Lippitt dalam tulisan yang berjudul “Building a democratic work group” personal XXII (November 1945) membedakan empat macam jenis kepemimpinan dari seorang supervisor yang dapat diringkas sebagai berikut:
1.      The Hardboiled autocrat
Cirinya                  :Pemimpin itu memberikan perintah, mengadakan pemeriksaan yang ketat, tegas pada disiplin yang kaku, sadar akan kekuasaannya.
Ciri kelompok       :Anggota-anggota kelompok enggan menerima tanggung jawab. Bila pemimpin tidak ada, tidak ada yang melaksanakan tugas. Anggota-anggota cenderung mencari muka dan saling memotong teman sendiri.
2.      The Benevolent Autocrat
Cirinya                  :Pemimpin merasa perlu membuat anggota-anggota senang mendorong anggota menimbulkan persoalan padanya, suka dipuji, dan ingin menjadikan dirinya menjadin sumber semua pertimbangan
Ciri kelompok       :Anggota-anggota tidak berinisiatif, tunduk dan tak mau menerima tanggung jawab. Akhirnya kelompok hanya dapat berjalan dibawah supervisor yang autokrat
3.      Laissez Faire
Cirinya                  :Pemimpin cenderung memberi kebebasan, memberi tanggung jawab terlalu banyak kepada anggota, tidak menentukan tujuan, tidak membuat keputusan dan tidak membantu kelompok membuat putusan
Ciri kelompok       :Tidak ada tujuan, tak ada sesuatu yang ingin dicapai. Melihat kedepan dengan pandangan yang suram, sebab frustasi, penuh kegagalan dan rasa tidak aman.
4.      Democratic
Cirinya                  :Supervisor yang democratis selalu berusaha bersama-sama membuat rencana kerja. Bila ia membuat keputusan sendiri, ia menjelaskan kepada anggota-anggotanya. Ia ingin agar setiap anggota mengerti akan pekerjaaannnya dan senang akan hasilnya.
Ciri kelompok       :Tiap anggota merasa ikut serta dalam kelompok ini. Tiap anggota senang pada pekerjaannya. Kerja sama dengan jelas dan anggota tumbuh menjadi anggota yang bertanggung jawab
g.     Kepanitiaan
Suatu kegiatan bersama biasanya perlu diorganisasikan. Untuk mengorganisasikan suatu tugas bersama, ditunjuk beberapa orang penanggungjawab pelaksana. Para pelaksana yang dibentuk untuk melaksanakan sesuatu tugas kita sebut panitia penyelenggara. Panitia ini dalam melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sekolah kepadanya, banyak mendapat pengalaman-pengalaman kerja. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut guru-guru dapat bertambah dan bertumbuh dalam profesi mengajarnya.
h.    Demonstrasi
Demostrasi dikatakan sebagai suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu member penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang pengarana yang baik setelah seorang guru yang baik memberikan penjelasaan kepada guru-guru yang dikunjungi sebelumnya. Dan jika dikatakan sebagai teknik yang bersifat perorangan bila supervisor menggunakan suatu kelas dan memberikan penjelasan tentang teknik mengajar yang baik bagi seorang guru.
Demostrasi mengajar yang baik bukan “berhasil atau tidak”,hal itu harus direncanakan dengan teliti dan mempunyai suatu tujuan tertentu, memberikan suatu kesempatan kepada guru-guru untuk melihat metode-metode mengajar yang baru atau yang berbeda.
Dalam metode ini terdapat beberapa kekurangan, yang terpetakan sebagai berikut:
a.       Perkembangan mengajar itu berpusat pada pusat minat atau suatu kegiatan, yang membutuhkan waktu yang lama untuk demostrasi mengajar
b.      Ketidak mampuan beberapa supervisor untuk mengadakan demostrasi mengajar
c.       Banyak guru tidak mampu mengadakan demostrasi atau membantu supervisor mengadakan demonstrasi mengajar


B.     Teknik – Teknik yang Bersifat Individual
a)                            Perkunjungan kelas
-          Pengertian
Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar dikelas.
-          Tujuannya
Perkunjungan ke kelas bertujuan memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan data itu supervisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang kesulitan yang dihadapi guru-guru. Pada kesempatan itu guru-guru dapat mengemukakan pengalaman-pengalaman yang berhasil dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta meminta bantuan, dorongan, dan mengikutsertakan. Oleh karena sifatnya mengadakan peninjauan dan mempelajari sesuatu yang dlihat sementara guru mengajar, maka sering disebut observasi kelas.
-          Fungsinya
Perkunjungan kelas ini berfungsi sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar guru dan cara belajar siswa. Perkunjungan ini dapat memberi kesempatan guru-guru untuk mengungkap pengalamanya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa mampu pada guru-guru. Karena guru dapat belajar dan memperoleh pengertian secara moral bagi pertumbuhan kariernya.
-          Teknis Pelaksanaan kunjungan kelas
Dalam teknis pelaksanaan kunjungan kelas tersebut dapat dibedakan antara kunjungan lengkap dengan kunjungan spesifik. Kunjungan lengkap ialah kunjungan yang dilakukan untuk mengobservasi seluruh aspek belajar-mengajar, misalnya persiapan belajar guru, sarana atau alat pelajaran, keterlibatan siswa, tujuan yang dicapai, materi, metode, dan sebagainya. Sedangkan kunjungan spesifik ialah kunjungan yang dilakukan untuk mengobservasi suatu aspek tertentu; misalnya mengobservasi metode pengajaran saja, atau penilaian guru terhadap hasil belajar siswa saja dan seterusnya.[3]
Jenis-Jenis Perkunjungan
Ada tiga macam perkunjungan kelas
·         Perkunjungan tanpa diberi tahu (unannounced visitation). Supervisor tiba-tiba datang kesekolah tanpa diberitahu dahulu.
Segi positifnya: Ia dapat melihat keadaan yang sebenarnya, tanpa dibuat-buat. Hal seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Segi negatifnya: Guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi supervisor. Tentu timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan. Ada sebagian guru-guru yang tidak senang bila tiba-tiba dikunjungi tanpa diberitahu lebih dahulu.
·         Perkunjungan dengan cara memberitahu lebih dahulu (announced visitation). Biasanya supervisor telah memberikan jadwal perkunjungan sehingga guru-guru tahu hari dan jamberpa ia akan dikunjungi supervisior.
Segi positifnya: Bagi supervisor perkunjungan direncanakan ini sangat tepat dan ia punya konsep pengembangan yang kontinu dan terencana. Guru-guru dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa perkunjungan tersebut akan membantu dia untuk dinilai. Tentu saja penilaian baik yang diharapakan.
Segi negatifnya: Guru dengan sengaja mempersiapkan diri sehingga ada kemungkinan timbul hal0hal yang dibuat-buat dan serba berlebihan.
·         Perkunjungan atas undangan guru (visit upon invitaiton). Perkunjungan ini akan lebih baik. Oleh karena itu guru punya usaha dan motivasi untuk mempersiapkan diri dan membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan pengalaman baru dari hal perjumpaanya dengan supervisior. Pada sisi lain sifat keterbukaan dan merasa memiliki otonomi dalam jabatannya. Aktualisasi kemampuan terwujud sehingga ia selalu belajar untuk mengembangkan dirinya. Sikap dan dorongan untuk mengembangkan diri ini merupakan alat untuk mencapai tingkat profesional.
Segi postifnya: bagi supervisor, ia sendiri dapat belajar berbagai pengalaman dalam berdialog dengan guru sedangkan guru akan lebih mudah untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan bimbingan dari supervisor tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Segi negatifnya: ada kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat untuk menonjolkan diri, padahal waktu-waktu biasa ia tidak berbuat seperti itu.
b)      Observasi kelas
Melalui perkunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar-mengajar yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas:
1)      Jenis observasi
§  Observasi langsung (direct observation)
Supervisor mencatat absen yang dilihat pada saat guru mengajar.
§  Observasi tidak langsung (indirect observation)
Orang yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya.
2)      Tujuan observasi
§  Untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal belajar-mengajar.
§  Bagi guru sendiri data yang dianalisis akan membantu untuk mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik.
§  Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.
3)      Apa yang diobservasi
§  Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai maka supervisor harus mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi.
§  Hal-hal yang perlu diobservasi antara lain:
Ø  Usaha serta kegiatan guru dan murid.
Ø  Usaha dan kegiatan antara guru dan murid dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan alat pelajaran.
Ø  Usaha dan kegiatan guru dan murid dalam memperoleh pengalaman belajar.
Ø  Lingkup sosial, fisik sekolah, baik didalam maupun di luar ruang kelas dan faktor-faktor penunjang lainnya.
4)      Syarat-syarat untuk memperoleh data dalam observasi
Hal ini tergantung dari sikap dan cara si pengamat itu sendiru sewaktu mengadakan observasi antara lain:
§  Menciptakan situasi yang wajar (cara masuk kelas), mengambil tempat didalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian anka-anak, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap dalam waktu mencatat tidak menimbulkan prasangka dari pihak guru.
§  Harus dapat membedakan mana yang penting untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
§  Bukan melihat kelemahan, melainkan melihat bagaimana memperbaikinya.
§  Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi murid-murid tentang proses belajar.
5)      Kriteria yang dipakai dalam observasi
Segala sesuatu yang dikumpulkan dan dicatat haruslah:
§  Bersifat objektif – maksudnya ialah bahwa segala sesuatu yang dicatat adalah data yang sebenarnya tanpa ada pengaruh unsur subjektif dari supervisor.
§  Apa yang dicatat harus kena sasaran seperti apa yang dimaksud. Sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan berdasarkan apa yang yang dilihatnya tetapi apa yang dipikirkannya.
6)      Alat-alat observasi
Untuk memperoleh data tentang situasi belajar mengajar, digunakan beberapa alat antara lain:
§  Check – list (lihat contoh S1)
Check – list adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam melengkapi keterangan-keterangan yang lebih objektif terhadap situasi belajar mengajar didalam kelas. Bentuk dari check-list tersebut merupakan suatu daftar yang berisi item-item yang sudah disediakan lebih dahulu dan si penjawab hanya tinggal mengecek tiap item tersebut.
Check-list dapt dibedakan atas beberapa jenis ialah:
·         Evaluative Check-list
suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara berkelompok dan merupakan standar beserta skala penilaiannya. Misalnya,pertanyaan tentang keaktifan antara guru dan murid, perhatian murid-murid sewaktu guru memberikan pelajarannya, dinamika kelas dan sebagainya. Susunan dapat berupa pertanyaan (statement) atau item yang dijawab “ya” atau “tidak”
·         Activity check-list
Activity check-list adalah suatu daftar kegiatan yang dijawab oleh si penjawab dengan cara mengecek. Daftar tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan khusus tentang kegiatan yang biasanya dicek dengan memakai skala “ya” atau “tidak”
Contoh lembaran observasi kelas dan petunjuk pelaksanaannya
Petunjuk I :
            Suatu susunan alat pencatat observasi sangat bergantung kepada tujuan yang ditentukan. Komponen-konmponen dalam alat pencatat observasi sangat bergantung kepada prosedur mengajar yang ditempuh. Dibawah ini disajikan beberapa bentuk lembaran observasi terhadap guru yang menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)
Lembaran Observasi Kelas (SI)
1.      Tujuan lembaran S1 ialah untuk mencatat data kuantitatif tentang proses belajar-mengajar.
2.      Fungsinya agar dapat mengembangkan sampai taraf mana tingkat keberhasilan seorang guru dalam mengembangkan sistem instruksional dengan menggunakan model satuan pelayanan.
3.      Aspek-aspek observasi dan dicatat
a.     Apakah guru telah merumuskan tujuan secara operasional.
b.    Apakah tujuan pelajaran dapat dicapai pada hari ini.
c.     Berapa prosen anak yang ikut aktif dalam proses belajar.
d.    Adakah usaha kreatifitas anak untuk memecahkan kesulitan yang dihadapi baik sebagai pribadi maupun kelompok.
e.     Sampai dimana keterampilan guru dalam mengorganisasikan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan.
f.     Bagaimana peranan alat peraga/ alat-alat pelajaran dan sumber-sumber bahasa.
g.    Jenis-jenis tes manakah yang dipergunakan.
h.    Apakah guru memperhatikan dan menolong anak-anak yang mengalami kesulitan belajar.
4.      Cara mengisi lembaran observasi (S1)
a.       Setelah pengamat/ penilik sekolah/ kepala sekolah mengadakan observasi terhadap suatu proses belajar-mengajar maka pengamat mengisi kolom-kolom A, B, C, D, E dengan tanda (V) sesuai dengan kenyataan hasil observasi.
b.      Kriteria yang digunakan ialah menentukan nilai persentase, yang diklasifikasikan atas dasar tingkat sebagai berikut:
A.    = 81 – 100% ....................................  baik sekali
B.     = 81 – 80%   ....................................  baik
C.     = 41 – 60%  .....................................    cukup
D.    = 21 – 40%   ....................................  kurang
E.     = 0 – 20%    .....................................    sangat kurang

c.       Cara mengerjakan
Setiap tanda huruf A, B, C, D, E, dalam kolom pada lembaran observasi, dialihkan dalam angka persentase. Rata-rata akhir dinyatakan dengan huruf, sesuai dengan kriteria tersebut diatas (lihat lembaran S1).
Suatu contoh: Hasil observasi pada guru B sebagai berikut:
(1)   B         = 70
(2)   B         = 50
(3)   C         = 50
(4)   C         = 70
(5)   B         = 70
(6)   C         = 50
(7)   C         = 70
Jumlah = 410 rata-rat   = 58,57%
                  58,57% termasuk tingkat klasifikasi C = cukup
d.  Catatan kesimpulan
     Berdasarkan data observasi pada guru B untuk mata pelajaran bahasa Inggris tercatat “cukup” dan berdasarkan data tersebut, ternyata guru B masih membutuhkan bantuan dalam hal (2) menggiatkan cara belajar anak, (3) cara mendorong anak untuk berkreasi dalam memecahkan masalah, (6) cara menggunakan tes, (7) cara menolong melayani anak yang mengalami kesulitan belajar. Supervisor mengadakan percakapan dengan guru tersebut untuk membhasa kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
    
Lembaran observasi (S1)
(1)   Sekolah/kelas
(2)   Nama guru
(3)   Kelas
(4)   Bidang studi/mata pelajaran
(5)   Topik
No.
Aspek-aspek yang diobservasi
A
B
C
D
E
1.

2.
3.

4.

5.

6.


7.
Merumuskan tujuan pelayanan/ tujuan pelayanan secara operasional
Kegiatan belajar murid
Kreativitas murid dalam memecahkan masalah
Cara mengorganisasikan kegiatan belajar-mengajar (metode mengajar)
Penggunaan alat-alat pelayanan
(media pelayanan)
Penggunaan tes
a. subjektif
b. objektif
Pelayanan terhadap murid yang mengalami kesulitan belajar



v
v





v




v





v

v



v


Rata-rata jumlah





Tanggal.......................    
                        Yang diamati                                                  Yang mengamati
                (...............................)                                         (..................................)

c)                                      Percakapan Pribadi (Individual Conference)
-          Pengertian
Individual conference atau percakapan pribadi antara seorang supervisor dengan seorang guru. Dalam percakapan itu kedua-duanya berusaha berjumpa dengan pengertian tentang mengajar yang baik. Yang dipercayakan adalah usaha-usaha untuk memecahkan problema yang dihadapi oleh guru.
-          Tujuan
o   Untuk memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan-pemecahan kesulitan yang dihadapi.
o   Memumpuk dan mengembangkan hal mengajar yang lebih baik lagi.
o   Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh seorang guru dalam melaksanakan tugasnya disekolah. Misalnya: malas membuat persiapan, kurang membaca buku-buku yang terbaru, malas mengoreksi, dan mengembalikan kertas ulangan murid dan lain-lainya.
o   Menghilangkan dan menghindari prasangka yang bukan-bukan.
-          Jenis-jenis percakapan pribadi
Menurut George Kyte, ada dua jenis percakapan melalui perkunjungan kelas:
a.    Percakapan pribadi setelah kunjungan kelas (formal)
       setelah supervisor mengadakan kunjungan kelas, sewaktu guru kelas melaksanakan tugas mengajar, dimana supervisor membuat catatan-catatan tentang segenap aktivitas guru mengajar. Kemudian atas pemufakatan bersama-sama akan mengadakan individual conference untuk membicarakan hasil kunjungan tersebut.
b.    percakapan pribadi melalui percakapan biasa sehari-hari (informal)
       Dalam percakapan atau ramah-tamah sehari-hari dikemukakan sesuai problema kepada supervisor atau sebaliknya. Misalnya sebelum mengajar, waktu istirahat, atau sesudah mengajar.
-          Persiapan percakapan pribadi dalam rangka observasi
Sebelum mengadakan conference terlebih dahulu segala sesuatu sudah dipersiapkan. Dalam rangka persiapan, supervisor harus memeriksa dirnya sendiri secara kritis, ia harus menyadari bahwa ia harus mempunyai sikap menolong, lebih bnyak mendengarkan, sikap sabar, berperasaan ingin memajukan dan menstimulasi bahannya, ia harus menguasai konsep-konsep dan metode-metode mata pelajaran dan sebagainya. Di samping itu ada hal-hal yang perlu direncanakan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya percakapan tersebut antara lain:
(1)  Persiapan untuk observasi
(2)  Membuat catatan-catatan observasi
(3)  Mengadakaninterview
(4)  menganalisi hasil observasi
(5) menentukan waktu, tempat, serta lamanya percakapan
-          Pelaksanaan percakapan pribadi
Langkah pertama percakapan pribadi adalah membicarakan tentang segala sesuatu yang penting dalam catatan tersebut sudah tentu bahan-bahan observasi itu harus dianalisis supervisor lebih dahulu sebelum percakapan dimulai. Dalam hubungan ini Kyte mengemukakakan tiga unsur penting yang perlu diperhitungkan supervisor. Ketiga unsur itu oleh Kyte disebut:
1.                                  Hal-hal yang menonjol dalam pelajaran (strong point of lesson).
Membicarakan atau mengemumkankan segala apa yang dilaksanakan guru dengan baik sewaktu mengajar dikelas. Hal ini perlu, sebab mempunyai pengaruh besar sekali untuk menciptakan suasana percakapan yang dikehendaki; guru akan merasa bangga, mersa diakui dan dihargai. Dan pengaruh selanjutnya akan timbul usaha kearah yang lebih baik.
2.                                  Kekurangan-kekurangan dari pelajaran (weak point of the lesson).
Membicarakan tentang segala kelemahan guru dalam mengajar dikelas. Dalam hal ini sangat diharapkan sikap kreatif tentang cara bagaimana supervisor mendekati masalah yang dihadapi guru, tanpa mengemukakan kelemahan-kelemahan guru tersebut, sebaiknya secara bersama-sama menyelidiki bagaimana seharunya memperbaiki kekurangan tersebut.
Setelah selesai tahap-tahap pembicaraan diatas mereka seharunya membuat kesimpulan bersama, sebagai hasil percakapan tersebut.
3.                                  Hal-hal yang masih diraguakan(doubtful point not clearly understood).
Membicarakan sesuatu yang masih merupakan suatu keraguan atau kurang dimengerti dengan baik oleh gurudan supervisor.
d)                                     Saling Mengunjungi Kelas (Intervisitation)
               Dalam melaksanakan supervisi, seorang supervisor menganjurkan guru untuk mengadakan intervisitation. Alangkah baiknya jika mereka itu saling mengunjugi satu sama lain. Tujuan diadakannya intervisitation ialah supaya di antara guu yang mengajarkan mata pelajaran yang sama dapat mengetahui apakah masalah yang dihadapinya dalam mengajarkan mata pelajaran itu sama dengan masalah yang dihadapi dengan rekannya. Dengan demikian, mereka akan membicarakannya bersama dan berusaha memecahkanya.[4]
               Intervisitation dapat dilaksanakan pada sekolah itu atau pada sekolah lain dalam kota atau di kota lain pada seklah sejenis. Dengan adanya saling mengunjungi di antara guru-guru itu, seseorang dapat belajar dari yang lain. Mereka dapat bertukar pikiran, pengalaman dan berusaha supaya mereka dapat mengembangkan jabatannya.
Ada beberapa kebaikan-kebaikan intervisitation.
(1)   Memberi kesempatan mengamati rekan lain yang sedang memberi pelajaran.
(2)   Membantu guru-guru yang ingin memperoleh pengalaman atau keterampilan tentang teknik dan metode mengajar serta berguna bagi guru-guru yang mengahadapi kesulitan tertentu dalam mengajar.
(3)   Memberi motivasi yang terarah terhadap aktivitas mengajar. Rekan guru mudah belajar dari temennya sendiri karena keakraban hubungan atas dasar saling mengenal.
(4)   Sifat bawahan terhadap pimpinan seperti halnya supervisor dan guru tidak ada sama sekali, sehingga diskusi dapat berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian suatu persoalan yang bersifat musyawarah.
Jenis-jenis intervisitation
-          Ada kalanya seorang guru yang mengalami kesulitan dalam hal ini,seorang supervisor akan mengarahkan dan menyarankan kepada guru tersebut untuk melihat rekan-rekan guru yang lain mengajar. Sudah tentu guru yang ditunjuk adalah seseorang yang memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam menggunakan tekhnik-tekhnik mengajar.
-          Jenis-jenis yang lain ialah pada kebanyakan sekolah, Kepala sekolah menganjurkan agar guru-guru saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau sekolah lain. Untuk cara yang kedua ini diperlukan perencanaan dan musyawaah terlebih dahulu.
e)                                      Menilai Diri Sendiri
                        Salah satu tugas yang tersukar bagi guru-guru ialah melihat kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pengajaran. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di samping menilai murid-muridnya, juga penilaian terhadap diri sendiri merupakan tekhnik yang dapat membantu guru dalam petumbuhannya.[5]         
                        Tipe dari alat ini yang dapat dipergunakan antara lain dapat berupa:
a. Suatu dafatr pandangan/pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk bertanya baik secara terbuka dan tidak perlu memakai nama.
b. mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan (record) baik mereka secar perseorangan maupun secara berkelompok.
contoh self evaluation
No
Kegiatan- Kegiatan Guru selama mengajar
Ya
Tidak
A
Selama belajar saya melaksanakan :
- Mengajukan pertanyaan yang tepat.
- Mengajukan pertanyaan pikiran
- Mengajukan pertanyaan tentang fakta-fakta
- Memancing pertanyaan dari murid
- Mengajukan pertanyaan dari buku pelajaran
- Mengembalikan pertanyaan kepada murid-murid
- Menjelaskan dan membaca dari buku



B
- Memberi tugas pada permulaan pelajaran
- Memberi tugas selama pelajaran berlangsung
- Memberi tugas pada akhir pelajaran


C
- Melatih murid selama pelajaran berlangsung
- Melatih murid sebelum pelajaran berlangsung
- Melatih murid secara berkelompok
- Melatih murid secara individual


D
- Menulis di papan tulis sebelum pelajaran dimulai
- Menjelaskan dan kemudian menulis materi di papan kelas.
- Membuat bagian di papan tulis.



Daftar Pustaka
H.M. Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Indrafachrudi, H. R. Soekarto. 2006. Bagaimana memimpin sekolah yang efektif. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sahertian, Piet A . 1981.  Prinsip & Teknik Supervisi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 2000. Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI.
http://sri-kartika.blogspot.com/2012/09/pengertian-tujuan-dan-fungsi-seminar.html

















[1] H.M. Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal. 184-185.
[2] Piet A. Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal. 52.
[3] Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 2000. Pedoman Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI. Hal. 47
[4] Piet A. Sahertian.1981. Prinsip dan Teknik Supervisi. Surabaya: Usaha Nasional. Hal. 77.
[5] Piet A. Sahertian.1981. Prinsip dan Teknik Supervisi. Surabaya: Usaha Nasional. Hal. 82.

0 komentar:

Posting Komentar