Teknik-
Teknik Supervisi Pendidikan
Kegiatan-kegiatan apakah yang dapat
kita lakukan dalam rangka pemberian bimbingan sebagai seorang supervisor
terhadap anggota stafnya? Dengan kata lain: teknik-teknik apakah yang dapat
kita pergunakan dalam supervisi? Hal ini tergantung dari banyak hal, misalnya:
dari masalah, dari tempat dan waktunya, dari orang yang kita hadapi,baik
jumlahnya maupun sifatnya. Kalau yang kita hadapi hanya seorang, dapatlah kita
mengadakan komunikasi langsung, dengan wawancara, dengan perundingan, dengan
cara hati ke hati. Kalau masalahnya mengenai metode mengajar dan mengenai hasil
belajar siswa, dapat kita mengadakan kunjungan kelas kepada guru yang kita
bimbing pada waktu ia mengajar. Kalau yang kita hadapi seluruh staf, dapat kita
adakan pertemuan/rapat yang merupakan komunikasi langsung. Kalau tidak dapat
kita kumpulkan kelompok itu sekaligus, dapt pula kita pergunakan surat edaran,
buletin, pengumuman dan sebagainya. Jika yang disupervisi lebih besar lagi dan
meliputi pihak-pihak yang luas, dapat kita adakan seminar atau workshop.[1]
Usaha untuk membantu meningkatkan
dan mengembangkan potensi sumber daya guru dapat dilaksanakan dengan berbagai
alat (device) dan teknik supervisi.
Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam dua macam alat/ teknik
(John Minor Gwyn, 1963: 326-327). Teknik yang bersifat individual, yaitu teknik
yang dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat
kelompok, yaitu teknik yang dilakukan untuk melayani lebih dari satu orang.[2]
- Teknik-teknik
yang bersifat kelompok
Yang dimaksud dengan teknik-teknik
yang bersifat kelompok ialah, teknik- teknik yang digunakan itu dilaksanakan
bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam satu kelompok.
a.
Rapat
guru
b.
Workshop
c.
Seminar
d.
Karya
wisata
e.
Penatran
f.
Diskusi
kelompok
g.
Kepanitian
h.
Kunjungan antar sekolah
i.
Demonstrasi
- Teknik
yang bersifat individual
a. Perkunjungan kelas
b. Observasi kelas
c. Percakapan pribadi
d. Inter-visitasi
e. Penyeleksi berbagai sumber materi untuk
mengajar
f. Menilai diri sendiri
Tiap-tiap teknik
ini akan diuraikan secara rinci
- Teknik – Teknik
yang Bersifat Kelompok
a. Rapat Guru
Ada beberapa macam rapat yang
diadakan di sekolah. Ada rapat dewan guru, rapat guru-guru, dan rapat
personalia sekolah. Jika ditinjau dari sudut waktu, dibedakan menjadi berikut:
1) Rapat yang diadakan pada waktu tertentu,
misalnya:
1. Rapat permulaan tahun ajaran baru
2. Rapat akhir tahun ajaran
3. Rapat mingguan, bulanan, dan rapat
kenaikan kelas.
2) Rapat yang diadakan
sewaktu-waktu,misalnya karena ada kejadian atau keperluan, guru-guru secara
kilat diundang untuk berunding.
3) Rapat dalam keadaan darurat, diadakan
karena keadaan mendesak. Rapat darurat diadakan secara tiba-tiba.
Jika ditinjau dari sudut masalah
yang dirapatkan, rapat dapat dibedakan atas hal berikut:
1) Rapat organisasi dan administrasi
Organisasi
yang lancar dan teratur merupakan faktor penting bagi ketentraman situasi
belajar mengajar dan peningkatan mutunya. Rapat khusus dapat diadakan untuk
membicarakan masalah-masalah organisasi dan administrasi yang penting.
2) Rapat masalah sosial
Sekolah
berada di tengah-tengah masyarakat. Sekolah adalah sebagian dari masyarakat.
Kadang-kadang ada persoalan yang bertalian dengan hubungan antara sekolah dan
masyarakat. Untuk memecahkan masalah itu, rapat tentang masalah sosial diadakan.
Dalam rapat tersebut diikutsertakan juga tokoh-tokoh masyarakat.
3) Rapat kurikulum
Disekolah
modern, rapat kurikulum penting diikuti bukan saja oleh personalia sekolah,
melainkan juga oleh wakil murid, orang tua, dan beberapa tokoh masyarakat. Rapat
sekolah yang direncanakan dengan baik pasti akan membantu kelancaran rencana
pendidikan di sekolah itu. Jika rapat tersebut tidak direncanakan
semasak-masaknya, tentu rapat tersebut tidak disambut dengan baik oleh
guru-guru.
Tujuan-tujuan Umum Rapat Guru
(1)
Menyatukan
pandangan-pandangan guru tentang konsep umum, makna pendidikan dan fungsi
sekolah dalam pencapaian tujuan pendidikan itu dimana mereka bertanggung jawab
bersama-sama.
(2)
Mendorong
guru untuk menerima dan melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dan mendorong
pertumbuhan mereka.
(3)
Menyatukan
pendapat tentang metode kerja yang akan membawa mereka bersama ke arah
pencapaian tujuan pengajaran yang maksimal di sekolah tersebut.
Rapat hendaknya juga direncanakan
bersama panitia yang dipilih oleh seluruh staf. Anggota panitia dapat diganti
secara bergilir supaya setiap guru memperoleh pengalaman dalam hal itu. Panitia
bertanggung jawab atas penyusunan acara rapat, penentuan waktu rapat, pemilihan
tempat, refreshments, serta penggunaan resource persons atau nara sumber dan
konsultan.
Tugas pertama ketua rapat ialah
mencipatakan suasana yang menyenangkan. Dalam diskusi, ia harus bertindak
sebagai “polisi lalu lintas” yang mengatur jalannya diskusi. Ia harus memiliki
skill untuk memberi dorongan kepada guru sehingga mereka juga turut mengambil
bagian dalam diskusi.
Ketua rapat berusaha juga agar
pokok pembicaraan tidak menyimpang dari yang telah direncanakan. Akhirnya,
ketua rapat harus dapat meringkas atau mengikhtisarkan pembicaraan. Apabila
diskusi mengalami jalan buntu, kepala sekolah harus bertindak secara bijaksana.
Hendaknya ketua dalam rapat itu
bersifat ramah dan sabar. Ia harus dapat menanamkan perasaan aman pada
guru-guru suaya mereka secara leluasa dapat melahirkan pikiran dan perasaan
serta dapat mengemukakan persoalan yang dihadapi.
Apakah tugas peserta rapat dan
bagaimana peranan masing-masing? Guru harus merasa bahwa mereka masing-masing
mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Setiap pendapat yang dikemukakan harus
dihargai. Tiap-tiap peserta tidak boleh bersikap acuh tak acuh terhadap rapat
yang sedang dipimpin ketua dan juga harus merasa turut bertanggung jawab atas
kelancaran dan hasil rapat.
Apakah tugas seorang konsultan?
Konsultan merupakan seorang penasihat ahli. Ia harus mengikuti rapat seluruhnya,
turut dalam pembicaraan dan diskusi. Konsultan harus dapat memberikan bantuan
dalam memecahkan masalah yang dihadapi rapat.
Apakah peranan seorang resource
person? Bantuan yang dapat diberikannya ialah memberi ceramah. Bahan dalam
ceramah itu merupakan data untuk meningkatkan pengetahuan peserta rapat.
Bahan-bahan tersebut diperlukan sekali dalam diskusi. Resource person itu
sendiri tidak turut dalam diskusi.
Alangkah baiknya apabila selama
rapat itu berlangsung ada seorang peserta yang bertugas mencatat secara singkat
inti pembicaraan pada papan tulis, tahap demi tahap, sampai dengan kesimpulan.
Catatan tersebut akan dipelajari bersama pada akhir rapat. Putusan yang diambil
pada akhri rapat sebaiknya dirumuskan sevara singkat, terang, dan jelas. Acara
yang terakhir ialah evaluasi. Ketua rapat bersama anggota mengadakan penilaina
terhadap jalnnya rapat, isi kepemimpinan, sikap ketua, dan sebagainya. Untuk
itu dapat dipakai evaluation checklist yang dijawab setiap anggota.
Sesudah rapat selesai, catatan kecil
rapat disusun oleh sekertaris, diperbanyak, dan disampaikan kepada semua
peserta agar dapat dipelajari sebagai bahan rapat berikutnya. Melalui rapat
semacam itu para peserta merasa bahwa mereka telah berperan serta secara
profesional.
b.
Workshop
Workshop adalah suatu kegiatan belajar kelompok
yang terjadi dari sejumlah pendidik yang sedang memecahkan masalah melalui
percakapan dan bekerja secara kelompok. Hal–hal yang perlu diperhatikan pada waktu
pelaksanaan workshop antara lain: 1) Masalah
yang dibahas bersifat “Life
cntered” dan muncul dari
guru tersebut, 2) Selalu menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik
dalam kegiatan sehingga tercapai perubahan profesi yang lebih tinggi dan lebih
baik.
Workshop adalah
salah satu teknik supervisi yang memberi kesempatan kepada para peserta untuk
memikirkan masalah mereka, dibantu oleh nara sumber atau resource people,
sambil berusaha memecahkannya. Salah satu fungsi dari workshop adalah
memperbesar, memperkuat, serta mempertimbangkan keterampilan peserta dalam
kerja kelompok.
Unsur yang
penting dalam workshop adalah committee work atau pekerjaan panitia.
Panitia utama adalah perencana yang bertanggung jawab atas perencanaan,
organisasi, dan perbaikan program. Panitia lain yang diperlukan ialah panitia perpustakaan,
penilaian, publikasi, bulletin board, dekorasi, dan akomodasi.
Untuk
penyelenggaraan workshop sebaiknya dipilih tempat yang tenang dan jauh dari
keributan, misalnya dikampus suatu perguruan tinggi pada waktu liburan besar.
Waktu penyelenggaraan workshop kira-kira dua sampai lima minggu. Ada juga yang
menyelenggarakannya sekali seminggu sepanjang tahun pelajaran.
Apakah setiap
orang dapat mengikuti workshop tertentu? Agar workshop itu berhasil dan
mendatangkan manfaat yang sebesar-besarnya, alangkah baiknya jjika diadakan
penyeleksian berdasarkan semangat, minat, dan perhatian terhadap masalah yang
akan dipecahkan, serta kebutuhan partisipan akan pengalaman.
Apakah fungsi
pemimpin workshop itu? Wiles (1961: 173) menyatakan sebagai berikut.
“The official leader’s functions in a
workshop program are to stimulate the original interest in a workshop, to pull
together people who will be interested in planning a workshop, to secure
facilities and staff members with whom to carry out plans, to serve as tramble
shater and coordinator during the workshop program, and to provide all the help
and encouregement possible to those who implement ideas in their schools after
the workshop is over”.
Suatu hal yang
tidak boleh diabaikan dalam pelaksanaan workshop ialah evaluasi. Secara
teratur, evaluasi dilakukan oleh panitia khusus sejak workshop dimulai sampai
dengan penutupannya. Bermacam-macam cara dapat dipakai. Biasanya dipergunakan
self evaluation checklist.
c. Seminar
Secara terminology seminar adalah
sebuah kegiatan yang di buat untuk penyampaian suatu karya ilmiah dari seorang
pakar atau peneliti yang dipresentasekan kepada peserta agar dapat mengambil
keputusan yang sama terhadap karya ilmiah antara sumber dengan peserta.
Seminar tentunya haruslah direncanakan baik waktu,
tempat, peserta dan juga menentukan pengarah dan sumber dari hasil karya ilmiah
agar dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan tujuan seminar yang akan
dilaksanakan. Sebagaimana kita ketahui tujuan seminar pendidikan adalah untuk
mengkoreksi kembali hasil dari sebuah karya ilmiah untuk mengambil keputusan
bersama demi kesempurnaan hasil. Kegiatan seminar pendidikan tanpa perencanaan
akan jauh dari pada tujuan seminar tersebut, seorang peneliti atau narasumber
dalam seminar juga harus benar-benar sudah memahami dan menguasai isi dari
hasil yang ia dapatkan dan peserta juga telah mengetahui untuk apa dia
mengikuti seminar dan benar-benar sudah mengetahui minimal judul dari yang akan
diseminarkan serta harus ada seorang pengarah dalam acara seminar tersebut.
Adapun yang terlibat dalam seminar adalah :
1.
Ruang
seminar
Ruang
seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang memungkinkan interaksi aktif bagi
selurah orang yng aktif mengikuti seminar. Sebuah meja bundar besar meliputi
kursi adalah sebuah contoh yang baik atau bentuk forum dilokal juga baik.
Ruangan tentu saja harus cukup tenang dan cukup terang untuk memberikan iklim
yang enak untuk mengadakan kegiatan seminar pendidikan. Adanya sebuah papan
tulis yang dapat membantu serta sarana dan prasarana lainnya yang dapat
mendukung kegiatan seminar berlangsung.
2.
Pengarah
Dalam
kegiatan seminar proposal pendidikan juga sangat dibutuhkan seorang pengarah
yang memiliki fungsi sebagai orang yang dapat menengahkan pendapat antara
peserta dan peyaji tentunya pengarah disini adalah orang yang benar-benar ahli
dalam pendidikan. Pengarah adalah ahli yang memiliki kompetensi pendidikan
sehingga dalam kegiatan seminar semua permasalahan yang ada dan tidak dapat di
pecahkan dapat diselesaikan oleh seorang pengarah, sehingga tujuan seminar
dapat terlaksana dengan baik tanpa melenceng dari isi karya ilmiah penyaji,
berbeda dengan seminar yang secara umum tentunya tidak ada pengarah hanya
penyaji saja yang dapat menjawab dari beberapa kritikan dari peserta.
3.
Peserta
Untuk
berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua peserta adalah bukan kertas
kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka harus sudah membaca
tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka bisa membuat sebuah esei pendek
tentang tema yang diseminarkan. Bila yang diseminarkan adalah sebuah teks, teks
tersebut telah dibaca secara analitis, ditandai, disertai tanggapan dan kritik.
Dengan terlebih dahulu membaca tentang tema yang akan diseminarkan, mereka
telah mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan akan
apa yang diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang
diseminarkan menurut masing-masing peserta, akan memandu mereka nantinya di
dalam seminar.
4.
Moderator
Semestinya
seorang moderator adalah orang yang paling senior dalam tema yang akan
diseminarkan. Ini bukan berarti pendapatnyalah yang paling benar. Senioritas
dalam penguasaan materi semata-mata untuk mengarahkan seminar, karena ia
mestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema yang diseminarkan. Peran seorang
moderator ada dua: mengarahkan (directing) dan memoderasi (moderating). Dalam
mengarahkan, ia menjaga agar seminar tidak melenceng dari tema. Dengan
memoderasi, ia menjaga agar tidak ada satu orang atau satu ide tertentu yang
terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar tidak tereksplorasi
dengan baik.
5.
Notulen.
Notulen
adalah orang yang diberi tugas dalam seminar untuk membuat catatan singkat
tentang jalannya persidangan/ rapat/ seminar juga merangkum isi secara tertulis
dari persidangan/ rapat atau seminar. Seorang notulen juga sangat berfungsi
dalam kegiatan ilmiah sebab moderator sebagai pengelola kegiatan butuh catatan
penting tentang jalannya kegiatan.
6.
Jalannya
seminar
Seminar
dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, dan langsung dilanjutkan
dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh semua peserta secara bergiliran.
Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan supaya seminar berjalan baik :
1. Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada
seorang yang lebih mendominasi pembicaraan. Adalah tugas moderator untuk
memperhatikan ini.
2. Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang
sudah jelas ada jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain yang
lebih dalam dan tidak jelas jawabannya. Pertanyaan jenis kedualah yang memberikan
manfaat terbesar. Tidaklah banyak pertanyaan yang seperti demikian.
3. Semua pertanyaan dan pernyataan dinyatakan dengan
jelas tanpa ambiguitas. Jika sebuah pertanyaan atau pernyataan belum jelas,
moderator harus bisa menunjukkan itu dan meminta sang pengujar untuk
memperjelasnya.
4. Masih berhubungan dengan poin pertama, setiap
pertanyaan haruslah jelas sebelum ditanggapi dengan jawaban. Penanggap berhak
meminta penjelasan lebih lanjut atas pertanyaan sebelum ia menjawab. Tanggapan
tentunya juga harus relevan dengan pernyataan. Moderator juga harus
memperhatikan ini.
5. Sebuah pertanyaan bisa dilihat sebagai jembatan kepada
pertanyaan lain yang lebih mendasar. Hanya dengan cara demikian sebuah seminar
dapat memberikan manfaat lebih.
6. Bila ada istilah yang sama, tetapi dipakai dengan arti
yang berbeda oleh beberapa orang, moderator harus menunjukkan itu dan membuat
kesepakatan dalam arti apa istilah itu dipakai sebelum melanjutkan seminar.
7. Etiket harus diperhatikan dalam sebuah seminar,
seperti halnya di sebuah meja makan. Bahasa harus santun dan tidak merendahkan.
Moderator terlebih harus memberikan contoh yang dapat diikuti oleh peserta yang
lain. Bukan berarti seminar tidak bisa dilakukan dengan ringan dan diiringi
tawa, namun canda dan tawa dilakukan dengan wajar dan memberi makna di dalam
seminar. Tidak ada yang lebih membantu untuk mengingat ketimbang ide-ide
kreatif yang kadang membangkitkan tawa.
8. Seminar adalah sebuah tempat untuk menggodok ide. Ia
bukanlah tempat untuk membenarkan diri. Setiap orang harus kritis namun
menerima bila ada pendapat yang lebih baik. Di dalam seminar semua orang
memiliki posisi yang sama.
9. Sebuah seminar yang baik tidaklah harus menghasilkan
sebuah kesimpulan tunggal. Setiap orang bisa pulang dengan pendapatnya
masing-masing. Yang terpenting adalah mata mereka lebih terbuka, mereka telah
melihat ide-ide baru yang sebelumnya tidak terpikirkan oleh mereka.
d.
Karya Wisata
Macam-macam field trip
Menurut Lester B. Sands dalam
bukunya Audio Visual Procedure Teaching, perjalanan sekolah dibagi dalam tiga
macam, yaitu:
1. Ekskursi (Excursion)
Excursion
ialah perjalanan sekolah yang dilakukan suatu kelompok manusia, dengan tujuan
mempelajari sesuatu secara menyeluruh. Letak objek perjalanan dari sekolah
biasanya dekat. Perjalanan sekolah ini biasanya membutuhkan waktu paling banyak
satu hari.
2. Study trip atau field trip
Ialah
perjalanan sekolah yang khusus mempelajari sesuatu hal yang tertentu.
3. Tour
Ialah
sejenis excursion yang memakan waktu agak panjang meliputi daerah yang luas,
jadi membutuhkan beberapa minggu atau bulan. Jenis mana yang akan dipakai
kepala sekolah untuk mengembangkan kecakapan dan keahlian si guru dalam
jabatannya bergantung pada situasi. Kalau diikuti prinsip-prinsip perjalanan
sekolah, maka perjalanan sekolah merupakan sumber pengetahuan sebab sebelum
guru-guru berangkat atau pergi meninjau objek itu, mereka harus lebih dulu
mencari informasi tentang objek yang akan dikunjungi itu.
Field trip mempunyai nilai-nilai
sebagai berikut:
1. Memberi pengalaman langsung, guru
belajar dengan menggunakan segala macam alat indera. Suatu field trip lebih
berharga daripada seratus gambar.
2. Membangkitkan minat baru memperkuat
minat-minat yang telah ada.
3. Memberi motivasi kepada guru-guru untuk
menyelidiki sebab musabab sesuatu.
4. Menanamkan kesadaran terhadap
masalah-masalah yang terdapat didalam masyarakat.
5. Memberi pengertian yang lebih luas
tentang kehidupan dalam masyarakat.
6. Mengembangkan hubungan sosial dengan
masyarakat.
7. Sebagai suatu penyegaran dalam pembinaan
profesi.
Merencanakan field trip
Setiap field trip harus
direncanakan dengan cermat. Tanpa persiapan usaha itu pasti gagal. Field trip
biasanya dilakukan dengan tujuan-tujuan sebagai berikut:
a. Mengembangkan minat untuk suatu unit
yang akan dilakukan.
b. Mengumpulkan bahan suatu masalah.
c. Sebagai kegiatan kulminasi dan rapat
kerja.
Persiapan/perencanaan
1. Rumuskan dan jelaskan tujuan field trip.
Semua guru harus mengetahui apa sebab mereka pergi dan apa yang diharapkan dari
masing-masing mereka. Mereka harus melihat hubungan field trip dengan masalah
yang mereka hadapi.
2. Guru-guru harus lebih dahulu mempelajari
segala sesuatu mengenai apa yang akan diperoleh selama perkunjungan.
3. Sediakan sejumlah pertanyaan yang
memerlukan jawaban sebagai hasil field trip itu.
Pelaksanaan field trip
Selama field trip hendaknya
dipelihara ketertiban. Bila field trip ini dilakukan oleh guru-guru, maka
hendaknya guru-guru mendiskusikan peraturan-peraturan selama field trip itu.
Dalam field trip sebaiknya guru-guru mengambil peranan aktif mengumpulkan
bahan-bahan baru.
Follow-up field trip
Setiap
field trip harus diadakan pembicaraan, dinilai dan diinterpretasi:
-
Hendaknya
kepala sekolah memberi kesempatan kepada guru-guru untuk menceritakan
pengalaman masing-masing.
-
Tanyakan
apakah mereka menemukan fakta-fakta baru.
-
Apakah
field trip itu mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu.
e.
Penataran
Teknik supervisi kelompok yang
dilakukan melalui penataran-penataran sudah banyak dilakukan. Misalnya
penataran untuk guru-guru bidang studi tertentu, penataran tentang metodologi
pengajaran, dan penataran tentang administrasi pendidikan. Mengingat bahwa
penataran-penataran tersebut pada umumnya diselenggarakan oleh pusat atau
wilayah, maka tugas kepala sekolah terutama adalah mengelola dan membimbing
pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran, agar dapat
dipraktekkan oleh guru-guru.
Upaya
Pemerintah terhadap tenaga guru sebenarnya telah dilakukan oleh pemerintah
Republik Indonesia, melalui berbagai bentuk kebijakan. Pemerintah telah
menetetapkan Undang Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen merupakan
dasar kebijakan untuk memperkuat eksistensi tenaga kependidikan sebagai tenaga
profesional, seperti profesi-profesi yang lainnya. Kualitas profesi tenaga guru
selalu diupayakan, baik melalui ketentuan kualifikasi pendidikannya maupun
kegiatan in-service training, dengan berbagai bentuknya, seperti latihan
(diklat), penataran dan pelibatan dalam berbagai seminar untuk meng-update
wawasannya dalam kompetensi pedagogi dan akademik. Pemerintah mulai menyadari
betapa strategisnya peran tenaga guru dalam mengantarkan generasi muda untuk
menjadi sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan kompetitif sehingga
mampu mewujudkan suatu kesejahteraan bersama.
f.
Diskusi Kelompok
Diskusi adalah pertukaran pendapat
tentang sesuatu masalah untuk dipecahkan bersama. Diskusi merupakan cara untuk
mengembangkan keterampilan anggota-anggotannya dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran.
Yang perlu diketahui oleh seiorang
supervisor bila memimpin diskusi guru-guru ia harus memiliki kemampuan
menggerakan kelompok, membuat pertemuan berhasil dan mengkoordinasikan
pekerjaaan-pekerjaan kelompok.
a. Pembatasan dan ciri kelompok
Kelompok
terdiri dari dua atau lebih individu yang bersama-sama memecahkan beberapa
masalah yang umum yang tidak dapat dipecahkan sendiri.
Ciri-ciri kelompok yang baik adalah:
1. Tiap anggota merasa turut berpartisipasi
2. Adanya interaksi antar anggota
3. Adanya kontrol daripada anggota
b. Kepemimpinan dalam kelompok
Leland
P. Bradfort dan Ronald Lippitt dalam tulisan yang berjudul “Building a
democratic work group” personal XXII (November 1945) membedakan empat macam
jenis kepemimpinan dari seorang supervisor yang dapat diringkas sebagai
berikut:
1. The Hardboiled autocrat
Cirinya :Pemimpin itu memberikan perintah, mengadakan
pemeriksaan yang ketat, tegas pada disiplin yang kaku, sadar akan kekuasaannya.
Ciri kelompok :Anggota-anggota kelompok enggan menerima
tanggung jawab. Bila pemimpin tidak ada, tidak ada yang melaksanakan tugas.
Anggota-anggota cenderung mencari muka dan saling memotong teman sendiri.
2. The Benevolent Autocrat
Cirinya :Pemimpin merasa perlu membuat anggota-anggota
senang mendorong anggota menimbulkan persoalan padanya, suka dipuji, dan ingin
menjadikan dirinya menjadin sumber semua pertimbangan
Ciri kelompok :Anggota-anggota tidak berinisiatif,
tunduk dan tak mau menerima tanggung jawab. Akhirnya kelompok hanya dapat
berjalan dibawah supervisor yang autokrat
3. Laissez Faire
Cirinya :Pemimpin cenderung memberi
kebebasan, memberi tanggung jawab terlalu banyak kepada anggota, tidak
menentukan tujuan, tidak membuat keputusan dan tidak membantu kelompok membuat
putusan
Ciri
kelompok :Tidak ada tujuan, tak ada
sesuatu yang ingin dicapai. Melihat kedepan dengan pandangan yang suram, sebab
frustasi, penuh kegagalan dan rasa tidak aman.
4. Democratic
Cirinya :Supervisor yang democratis
selalu berusaha bersama-sama membuat rencana kerja. Bila ia membuat keputusan
sendiri, ia menjelaskan kepada anggota-anggotanya. Ia ingin agar setiap anggota
mengerti akan pekerjaaannnya dan senang akan hasilnya.
Ciri
kelompok :Tiap anggota merasa ikut
serta dalam kelompok ini. Tiap anggota senang pada pekerjaannya. Kerja sama
dengan jelas dan anggota tumbuh menjadi anggota yang bertanggung jawab
g.
Kepanitiaan
Suatu kegiatan bersama biasanya perlu
diorganisasikan. Untuk mengorganisasikan suatu tugas bersama, ditunjuk beberapa
orang penanggungjawab pelaksana. Para pelaksana yang dibentuk untuk
melaksanakan sesuatu tugas kita sebut panitia penyelenggara. Panitia ini dalam
melaksanakan tugas-tugas yang diberikan sekolah kepadanya, banyak mendapat
pengalaman-pengalaman kerja. Berdasarkan pengalaman-pengalaman tersebut
guru-guru dapat bertambah dan bertumbuh dalam profesi mengajarnya.
h.
Demonstrasi
Demostrasi
dikatakan sebagai suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu
member penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang pengarana yang baik
setelah seorang guru yang baik memberikan penjelasaan kepada guru-guru yang
dikunjungi sebelumnya. Dan jika dikatakan sebagai teknik yang bersifat
perorangan bila supervisor menggunakan suatu kelas dan memberikan penjelasan
tentang teknik mengajar yang baik bagi seorang guru.
Demostrasi
mengajar yang baik bukan “berhasil atau tidak”,hal itu harus direncanakan
dengan teliti dan mempunyai suatu tujuan tertentu, memberikan suatu kesempatan
kepada guru-guru untuk melihat metode-metode mengajar yang baru atau yang
berbeda.
Dalam metode ini
terdapat beberapa kekurangan, yang terpetakan sebagai berikut:
a. Perkembangan mengajar itu berpusat pada
pusat minat atau suatu kegiatan, yang membutuhkan waktu yang lama untuk
demostrasi mengajar
b. Ketidak mampuan beberapa supervisor
untuk mengadakan demostrasi mengajar
c. Banyak guru tidak mampu mengadakan
demostrasi atau membantu supervisor mengadakan demonstrasi mengajar
B.
Teknik – Teknik yang Bersifat Individual
a)
Perkunjungan
kelas
-
Pengertian
Kepala
sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar
dikelas.
-
Tujuannya
Perkunjungan ke kelas bertujuan
memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan data
itu supervisor dapat berbincang-bincang dengan guru tentang kesulitan yang
dihadapi guru-guru. Pada kesempatan itu guru-guru dapat mengemukakan
pengalaman-pengalaman yang berhasil dan hambatan-hambatan yang dihadapi serta
meminta bantuan, dorongan, dan mengikutsertakan. Oleh karena sifatnya
mengadakan peninjauan dan mempelajari sesuatu yang dlihat sementara guru
mengajar, maka sering disebut observasi kelas.
-
Fungsinya
Perkunjungan kelas ini berfungsi
sebagai alat untuk mendorong guru agar meningkatkan cara mengajar guru dan cara
belajar siswa. Perkunjungan ini dapat memberi kesempatan guru-guru untuk
mengungkap pengalamanya sekaligus sebagai usaha untuk memberikan rasa mampu
pada guru-guru. Karena guru dapat belajar dan memperoleh pengertian secara
moral bagi pertumbuhan kariernya.
-
Teknis
Pelaksanaan kunjungan kelas
Dalam teknis pelaksanaan kunjungan
kelas tersebut dapat dibedakan antara kunjungan lengkap dengan kunjungan
spesifik. Kunjungan lengkap ialah kunjungan yang dilakukan untuk mengobservasi
seluruh aspek belajar-mengajar, misalnya persiapan belajar guru, sarana atau
alat pelajaran, keterlibatan siswa, tujuan yang dicapai, materi, metode, dan
sebagainya. Sedangkan kunjungan spesifik ialah kunjungan yang dilakukan untuk
mengobservasi suatu aspek tertentu; misalnya mengobservasi metode pengajaran
saja, atau penilaian guru terhadap hasil belajar siswa saja dan seterusnya.[3]
Jenis-Jenis
Perkunjungan
Ada
tiga macam perkunjungan kelas
·
Perkunjungan
tanpa diberi tahu (unannounced visitation).
Supervisor tiba-tiba datang kesekolah tanpa diberitahu dahulu.
Segi
positifnya: Ia dapat melihat keadaan yang sebenarnya, tanpa dibuat-buat. Hal
seperti ini dapat membiasakan guru agar selalu mempersiapkan diri sebaik-baiknya.
Segi
negatifnya: Guru menjadi gugup, karena tiba-tiba didatangi supervisor. Tentu
timbul prasangka bahwa ia dinilai dan pasti hasilnya tidak memuaskan. Ada
sebagian guru-guru yang tidak senang bila tiba-tiba dikunjungi tanpa diberitahu
lebih dahulu.
·
Perkunjungan
dengan cara memberitahu lebih dahulu (announced
visitation). Biasanya supervisor telah memberikan jadwal perkunjungan
sehingga guru-guru tahu hari dan jamberpa ia akan dikunjungi supervisior.
Segi
positifnya: Bagi supervisor perkunjungan direncanakan ini sangat tepat dan ia
punya konsep pengembangan yang kontinu dan terencana. Guru-guru dapat
mempersiapkan diri sebaik-baiknya karena ia sadar bahwa perkunjungan tersebut
akan membantu dia untuk dinilai. Tentu saja penilaian baik yang diharapakan.
Segi
negatifnya: Guru dengan sengaja mempersiapkan diri sehingga ada kemungkinan
timbul hal0hal yang dibuat-buat dan serba berlebihan.
·
Perkunjungan
atas undangan guru (visit upon invitaiton).
Perkunjungan ini akan lebih baik. Oleh karena itu guru punya usaha dan motivasi
untuk mempersiapkan diri dan membuka diri agar dia dapat memperoleh balikan dan
pengalaman baru dari hal perjumpaanya dengan supervisior. Pada sisi lain sifat
keterbukaan dan merasa memiliki otonomi dalam jabatannya. Aktualisasi kemampuan
terwujud sehingga ia selalu belajar untuk mengembangkan dirinya. Sikap dan
dorongan untuk mengembangkan diri ini merupakan alat untuk mencapai tingkat
profesional.
Segi
postifnya: bagi supervisor, ia sendiri dapat belajar berbagai pengalaman dalam
berdialog dengan guru sedangkan guru akan lebih mudah untuk memperbaiki dan
meningkatkan kemampuannya, karena motivasi untuk belajar dari pengalaman dan
bimbingan dari supervisor tumbuh dari dalam dirinya sendiri.
Segi
negatifnya: ada kemungkinan timbul sikap manipulasi, yaitu dengan dibuat-buat
untuk menonjolkan diri, padahal waktu-waktu biasa ia tidak berbuat seperti itu.
b) Observasi kelas
Melalui
perkunjungan kelas, supervisor dapat mengobservasi situasi belajar-mengajar
yang sebenarnya. Ada dua macam observasi kelas:
1) Jenis observasi
§ Observasi langsung (direct observation)
Supervisor
mencatat absen yang dilihat pada saat guru mengajar.
§ Observasi tidak langsung (indirect observation)
Orang
yang diobservasi dibatasi oleh ruang kaca dimana murid-murid tidak mengetahuinya.
2) Tujuan observasi
§ Untuk memperoleh data yang seobjektif
mungkin sehingga bahan yang diperoleh dapat digunakan untuk menganalisis
kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru-guru dalam usaha memperbaiki hal
belajar-mengajar.
§ Bagi guru sendiri data yang dianalisis
akan membantu untuk mengubah cara-cara mengajar ke arah yang lebih baik.
§ Bagi murid-murid sudah tentu akan dapat
menimbulkan pengaruh positif terhadap kemajuan belajar mereka.
3) Apa yang diobservasi
§ Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
maka supervisor harus mengetahui dengan jelas apa yang harus diobservasi.
§ Hal-hal yang perlu diobservasi antara
lain:
Ø Usaha serta kegiatan guru dan murid.
Ø Usaha dan kegiatan antara guru dan murid
dalam hubungan dengan penggunaan bahan dan alat pelajaran.
Ø Usaha dan kegiatan guru dan murid dalam
memperoleh pengalaman belajar.
Ø Lingkup sosial, fisik sekolah, baik
didalam maupun di luar ruang kelas dan faktor-faktor penunjang lainnya.
4) Syarat-syarat untuk memperoleh data
dalam observasi
Hal
ini tergantung dari sikap dan cara si pengamat itu sendiru sewaktu mengadakan
observasi antara lain:
§ Menciptakan situasi yang wajar (cara
masuk kelas), mengambil tempat didalam kelas yang tidak menjadi pusat perhatian
anka-anak, tidak mencampuri guru yang sedang mengajar, sikap dalam waktu
mencatat tidak menimbulkan prasangka dari pihak guru.
§ Harus dapat membedakan mana yang penting
untuk dicatat dan mana yang kurang penting.
§ Bukan melihat kelemahan, melainkan
melihat bagaimana memperbaikinya.
§ Harus diperhatikan kegiatan atau reaksi
murid-murid tentang proses belajar.
5) Kriteria yang dipakai dalam observasi
Segala
sesuatu yang dikumpulkan dan dicatat haruslah:
§ Bersifat objektif – maksudnya ialah
bahwa segala sesuatu yang dicatat adalah data yang sebenarnya tanpa ada
pengaruh unsur subjektif dari supervisor.
§ Apa yang dicatat harus kena sasaran
seperti apa yang dimaksud. Sering terjadi orang mencatat sesuatu bukan
berdasarkan apa yang yang dilihatnya tetapi apa yang dipikirkannya.
6) Alat-alat observasi
Untuk
memperoleh data tentang situasi belajar mengajar, digunakan beberapa alat
antara lain:
§ Check
– list (lihat contoh S1)
Check – list
adalah suatu alat untuk mengumpulkan data dalam melengkapi
keterangan-keterangan yang lebih objektif terhadap situasi belajar mengajar
didalam kelas. Bentuk dari check-list tersebut
merupakan suatu daftar yang berisi item-item
yang sudah disediakan lebih dahulu dan si penjawab hanya tinggal mengecek tiap
item tersebut.
Check-list dapt
dibedakan atas beberapa jenis ialah:
·
Evaluative Check-list
suatu
daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara berkelompok dan
merupakan standar beserta skala penilaiannya. Misalnya,pertanyaan tentang
keaktifan antara guru dan murid, perhatian murid-murid sewaktu guru memberikan
pelajarannya, dinamika kelas dan sebagainya. Susunan dapat berupa pertanyaan
(statement) atau item yang dijawab “ya” atau “tidak”
·
Activity check-list
Activity
check-list adalah suatu daftar kegiatan yang
dijawab oleh si penjawab dengan cara mengecek. Daftar tersebut berisi
pertanyaan-pertanyaan khusus tentang kegiatan yang biasanya dicek dengan
memakai skala “ya” atau “tidak”
Contoh
lembaran observasi kelas dan petunjuk pelaksanaannya
Petunjuk
I :
Suatu susunan alat pencatat
observasi sangat bergantung kepada tujuan yang ditentukan. Komponen-konmponen
dalam alat pencatat observasi sangat bergantung kepada prosedur mengajar yang
ditempuh. Dibawah ini disajikan beberapa bentuk lembaran observasi terhadap
guru yang menggunakan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI)
Lembaran
Observasi Kelas (SI)
1. Tujuan lembaran S1 ialah untuk mencatat
data kuantitatif tentang proses belajar-mengajar.
2. Fungsinya agar dapat mengembangkan
sampai taraf mana tingkat keberhasilan seorang guru dalam mengembangkan sistem
instruksional dengan menggunakan model satuan pelayanan.
3. Aspek-aspek observasi dan dicatat
a. Apakah guru telah merumuskan tujuan
secara operasional.
b. Apakah tujuan pelajaran dapat dicapai
pada hari ini.
c. Berapa prosen anak yang ikut aktif dalam
proses belajar.
d. Adakah usaha kreatifitas anak untuk
memecahkan kesulitan yang dihadapi baik sebagai pribadi maupun kelompok.
e. Sampai dimana keterampilan guru dalam
mengorganisasikan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan.
f. Bagaimana peranan alat peraga/ alat-alat
pelajaran dan sumber-sumber bahasa.
g. Jenis-jenis tes manakah yang
dipergunakan.
h. Apakah guru memperhatikan dan menolong
anak-anak yang mengalami kesulitan belajar.
4. Cara mengisi lembaran observasi (S1)
a. Setelah pengamat/ penilik sekolah/
kepala sekolah mengadakan observasi terhadap suatu proses belajar-mengajar maka
pengamat mengisi kolom-kolom A, B, C, D, E dengan tanda (V) sesuai dengan
kenyataan hasil observasi.
b. Kriteria yang digunakan ialah menentukan
nilai persentase, yang diklasifikasikan atas dasar tingkat sebagai berikut:
A. = 81 – 100% .................................... baik sekali
B. = 81 – 80% .................................... baik
C. = 41 – 60% ..................................... cukup
D. = 21 – 40% .................................... kurang
E. = 0 – 20% ..................................... sangat kurang
c. Cara mengerjakan
Setiap tanda huruf A,
B, C, D, E, dalam kolom pada lembaran observasi, dialihkan dalam angka
persentase. Rata-rata akhir dinyatakan dengan huruf, sesuai dengan kriteria
tersebut diatas (lihat lembaran S1).
Suatu contoh: Hasil
observasi pada guru B sebagai berikut:
(1) B =
70
(2) B =
50
(3) C =
50
(4) C =
70
(5) B =
70
(6) C =
50
(7) C =
70
Jumlah
= 410 rata-rat = 58,57%
58,57% termasuk tingkat
klasifikasi C = cukup
d. Catatan kesimpulan
Berdasarkan data observasi pada guru B
untuk mata pelajaran bahasa Inggris tercatat “cukup” dan berdasarkan data
tersebut, ternyata guru B masih membutuhkan bantuan dalam hal (2) menggiatkan
cara belajar anak, (3) cara mendorong anak untuk berkreasi dalam memecahkan
masalah, (6) cara menggunakan tes, (7) cara menolong melayani anak yang
mengalami kesulitan belajar. Supervisor mengadakan percakapan dengan guru
tersebut untuk membhasa kesulitan-kesulitan yang dihadapinya.
Lembaran
observasi (S1)
(1) Sekolah/kelas
(2) Nama guru
(3) Kelas
(4) Bidang studi/mata pelajaran
(5) Topik
No.
|
Aspek-aspek yang
diobservasi
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Merumuskan tujuan pelayanan/
tujuan pelayanan secara operasional
Kegiatan belajar murid
Kreativitas murid dalam
memecahkan masalah
Cara mengorganisasikan kegiatan
belajar-mengajar (metode mengajar)
Penggunaan alat-alat pelayanan
(media pelayanan)
Penggunaan tes
a. subjektif
b. objektif
Pelayanan terhadap murid yang
mengalami kesulitan belajar
|
v
v
v
v
|
v
v
v
|
|||
Rata-rata jumlah
|
Tanggal.......................
Yang diamati Yang
mengamati
(...............................) (..................................)
c)
Percakapan
Pribadi (Individual Conference)
-
Pengertian
Individual
conference atau percakapan pribadi antara seorang
supervisor dengan seorang guru. Dalam percakapan itu kedua-duanya berusaha
berjumpa dengan pengertian tentang mengajar yang baik. Yang dipercayakan adalah
usaha-usaha untuk memecahkan problema yang dihadapi oleh guru.
-
Tujuan
o Untuk memberikan kemungkinan pertumbuhan
jabatan guru melalui pemecahan-pemecahan kesulitan yang dihadapi.
o Memumpuk dan mengembangkan hal mengajar
yang lebih baik lagi.
o Memperbaiki kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan yang sering dialami oleh seorang guru dalam melaksanakan
tugasnya disekolah. Misalnya: malas membuat persiapan, kurang membaca buku-buku
yang terbaru, malas mengoreksi, dan mengembalikan kertas ulangan murid dan
lain-lainya.
o Menghilangkan dan menghindari prasangka
yang bukan-bukan.
-
Jenis-jenis
percakapan pribadi
Menurut
George Kyte, ada dua jenis percakapan melalui perkunjungan kelas:
a. Percakapan
pribadi setelah kunjungan kelas (formal)
setelah
supervisor mengadakan kunjungan kelas, sewaktu guru kelas melaksanakan tugas
mengajar, dimana supervisor membuat catatan-catatan tentang segenap aktivitas
guru mengajar. Kemudian atas pemufakatan bersama-sama akan mengadakan individual conference untuk membicarakan
hasil kunjungan tersebut.
b. percakapan
pribadi melalui percakapan biasa sehari-hari (informal)
Dalam
percakapan atau ramah-tamah sehari-hari dikemukakan sesuai problema kepada
supervisor atau sebaliknya. Misalnya sebelum mengajar, waktu istirahat, atau
sesudah mengajar.
-
Persiapan
percakapan pribadi dalam rangka observasi
Sebelum mengadakan conference terlebih dahulu segala
sesuatu sudah dipersiapkan. Dalam rangka persiapan, supervisor harus memeriksa
dirnya sendiri secara kritis, ia harus menyadari bahwa ia harus mempunyai sikap
menolong, lebih bnyak mendengarkan, sikap sabar, berperasaan ingin memajukan
dan menstimulasi bahannya, ia harus menguasai konsep-konsep dan metode-metode
mata pelajaran dan sebagainya. Di samping itu ada hal-hal yang perlu
direncanakan dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya percakapan tersebut antara
lain:
(1) Persiapan untuk observasi
(2) Membuat catatan-catatan observasi
(3) Mengadakaninterview
(4) menganalisi hasil observasi
(5)
menentukan waktu, tempat, serta lamanya percakapan
-
Pelaksanaan
percakapan pribadi
Langkah pertama percakapan pribadi
adalah membicarakan tentang segala sesuatu yang penting dalam catatan tersebut
sudah tentu bahan-bahan observasi itu harus dianalisis supervisor lebih dahulu
sebelum percakapan dimulai. Dalam hubungan ini Kyte mengemukakakan tiga unsur
penting yang perlu diperhitungkan supervisor. Ketiga unsur itu oleh Kyte
disebut:
1.
Hal-hal
yang menonjol dalam pelajaran (strong
point of lesson).
Membicarakan
atau mengemumkankan segala apa yang dilaksanakan guru dengan baik sewaktu
mengajar dikelas. Hal ini perlu, sebab mempunyai pengaruh besar sekali untuk
menciptakan suasana percakapan yang dikehendaki; guru akan merasa bangga, mersa
diakui dan dihargai. Dan pengaruh selanjutnya akan timbul usaha kearah yang
lebih baik.
2.
Kekurangan-kekurangan
dari pelajaran (weak point of the lesson).
Membicarakan
tentang segala kelemahan guru dalam mengajar dikelas. Dalam hal ini sangat
diharapkan sikap kreatif tentang cara bagaimana supervisor mendekati masalah
yang dihadapi guru, tanpa mengemukakan kelemahan-kelemahan guru tersebut,
sebaiknya secara bersama-sama menyelidiki bagaimana seharunya memperbaiki
kekurangan tersebut.
Setelah
selesai tahap-tahap pembicaraan diatas mereka seharunya membuat kesimpulan
bersama, sebagai hasil percakapan tersebut.
3.
Hal-hal
yang masih diraguakan(doubtful point not
clearly understood).
Membicarakan
sesuatu yang masih merupakan suatu keraguan atau kurang dimengerti dengan baik
oleh gurudan supervisor.
d)
Saling
Mengunjungi Kelas (Intervisitation)
Dalam
melaksanakan supervisi, seorang supervisor menganjurkan guru untuk mengadakan
intervisitation. Alangkah baiknya jika mereka itu saling mengunjugi satu sama
lain. Tujuan diadakannya intervisitation ialah supaya di antara guu yang
mengajarkan mata pelajaran yang sama dapat mengetahui apakah masalah yang
dihadapinya dalam mengajarkan mata pelajaran itu sama dengan masalah yang
dihadapi dengan rekannya. Dengan demikian, mereka akan membicarakannya bersama
dan berusaha memecahkanya.[4]
Intervisitation
dapat dilaksanakan pada sekolah itu atau pada sekolah lain dalam kota atau di
kota lain pada seklah sejenis. Dengan adanya saling mengunjungi di antara
guru-guru itu, seseorang dapat belajar dari yang lain. Mereka dapat bertukar
pikiran, pengalaman dan berusaha supaya mereka dapat mengembangkan jabatannya.
Ada
beberapa kebaikan-kebaikan intervisitation.
(1) Memberi kesempatan mengamati rekan lain
yang sedang memberi pelajaran.
(2) Membantu guru-guru yang ingin memperoleh
pengalaman atau keterampilan tentang teknik dan metode mengajar serta berguna
bagi guru-guru yang mengahadapi kesulitan tertentu dalam mengajar.
(3) Memberi motivasi yang terarah terhadap
aktivitas mengajar. Rekan guru mudah belajar dari temennya sendiri karena
keakraban hubungan atas dasar saling mengenal.
(4) Sifat bawahan terhadap pimpinan seperti
halnya supervisor dan guru tidak ada sama sekali, sehingga diskusi dapat
berlangsung secara wajar dan mudah mencari penyelesaian suatu persoalan yang
bersifat musyawarah.
Jenis-jenis intervisitation
-
Ada
kalanya seorang guru yang mengalami kesulitan dalam hal ini,seorang supervisor
akan mengarahkan dan menyarankan kepada guru tersebut untuk melihat rekan-rekan
guru yang lain mengajar. Sudah tentu guru yang ditunjuk adalah seseorang yang
memiliki keahlian dan keterampilan yang cukup dalam menggunakan tekhnik-tekhnik
mengajar.
-
Jenis-jenis
yang lain ialah pada kebanyakan sekolah, Kepala sekolah menganjurkan agar
guru-guru saling mengunjungi rekan-rekan di kelas atau sekolah lain. Untuk cara
yang kedua ini diperlukan perencanaan dan musyawaah terlebih dahulu.
e)
Menilai
Diri Sendiri
Salah
satu tugas yang tersukar bagi guru-guru ialah melihat kemampuan diri sendiri
dalam menyajikan bahan pengajaran. Untuk mengukur kemampuan mengajarnya, di
samping menilai murid-muridnya, juga penilaian terhadap diri sendiri merupakan
tekhnik yang dapat membantu guru dalam petumbuhannya.[5]
Tipe
dari alat ini yang dapat dipergunakan antara lain dapat berupa:
a.
Suatu dafatr pandangan/pendapat yang disampaikan kepada murid-murid untuk
menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya disusun dalam bentuk bertanya
baik secara terbuka dan tidak perlu memakai nama.
b.
mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan (record) baik mereka secar
perseorangan maupun secara berkelompok.
contoh
self evaluation
No
|
Kegiatan-
Kegiatan Guru selama mengajar
|
Ya
|
Tidak
|
A
|
Selama
belajar saya melaksanakan :
-
Mengajukan pertanyaan yang tepat.
- Mengajukan pertanyaan pikiran
- Mengajukan pertanyaan tentang
fakta-fakta
- Memancing pertanyaan dari
murid
- Mengajukan pertanyaan dari
buku pelajaran
- Mengembalikan pertanyaan
kepada murid-murid
- Menjelaskan dan membaca dari
buku
|
||
B
|
-
Memberi tugas pada permulaan pelajaran
-
Memberi tugas selama pelajaran berlangsung
-
Memberi tugas pada akhir pelajaran
|
||
C
|
-
Melatih murid selama pelajaran berlangsung
- Melatih
murid sebelum pelajaran berlangsung
-
Melatih murid secara berkelompok
-
Melatih murid secara individual
|
||
D
|
-
Menulis di papan tulis sebelum pelajaran dimulai
-
Menjelaskan dan kemudian menulis materi di papan kelas.
-
Membuat bagian di papan tulis.
|
Daftar Pustaka
H.M. Daryanto. 2010. Administrasi Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta.
Indrafachrudi,
H. R. Soekarto. 2006. Bagaimana memimpin
sekolah yang efektif. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sahertian, Piet A . 1981. Prinsip & Teknik Supervisi
Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Tim Direktorat Jendral Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam. 2000. Pedoman
Pengembangan Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen
Agama RI.
http://sri-kartika.blogspot.com/2012/09/pengertian-tujuan-dan-fungsi-seminar.html
[1]
H.M. Daryanto. 2010. Administrasi
Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal. 184-185.
[2]
Piet A. Sahertian. 2000. Konsep Dasar dan
Teknik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: PT Rineka Cipta. Hal. 52.
[3]
Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. 2000. Pedoman Pengembangan Administrasi dan
Supervisi Pendidikan. Jakarta: Departemen Agama RI. Hal. 47
[4]
Piet A. Sahertian.1981. Prinsip dan Teknik Supervisi. Surabaya:
Usaha Nasional. Hal. 77.
[5]
Piet A. Sahertian.1981. Prinsip dan Teknik Supervisi. Surabaya:
Usaha Nasional. Hal. 82.
0 komentar:
Posting Komentar